Jendelanya Okta | Write to Remember
  • Home
  • About Me
  • Sitemap
  • Disclosure
  • Privacy Policy
kesombongan masa muda yang indah


Baca judulnya Sobi jadi keingetan sebuah lagu populer di era 2000an nggak? Kalau iya, berarti kita hidup sezaman wkwk. Lagu ini tuh kayak menggambarkan kehidupan pra-dewasa yang pastinya akan dan telah dialami oleh semua orang di dunia. Kesombongan di masa muda yang indah, kayak related banget nggak sih dengan kehidupan remaja yang dominan dengan 'masa pengakuan'?

Pada tulisan kali ini Saya mau cerita soal kehidupan remaja-nya Pak Suami yang menurut Saya menarik sekaligus menghibur. Kesombongan ketika memberontak saat MOS SMA, angkuhnya doi saat menantang gerombolan senior, dan butuhnya rasa dihargai sebagai bagian dari perilaku sosial yang dialaminya di masa muda. 

Mendengar ceritanya seperti sedang menikmati serial FTV remaja. Penuh lika-liku dan jadi hal yang menarik untuk diulik dari kacamata pengasuhan masa kini. Wait, sebelum lebih jauh ke arah sana. Saya mau disclaimer dulu. 

*Disclaimer: Saya bukan ahli di bidang parenting, bukan lulusan psikologi, dan nggak bekerja di lembaga yang mengurusi persoalan remaja. Tapi Saya tertarik dengan isu tentang kehidupan remaja. Baik perilaku remaja itu sendiri maupun upaya yang perlu dilakukan orang tua agar baik dalam mendampingi anak di masa remaja.

Nah, berikut ini cuplikan kisah dari penuturan Pak Suami yang bisa jadi related dengan kehidupan masa remaja Sobi semua. Barangkali ada yang pernah punya pengalaman sama dan ngerasa 'INI GUE BANGET!' haha. Yuk kita ulik satu per satu.

Tentang Peer Grup

Sahabat sejatiku

Hilangkah dari ingatanmu

Di hari kita saling berbagi

Dengan kotak sejuta mimpi

Aku datang menghampirimu

Kuperlihat semua hartaku

Kita slalu berpendapat

Kita ini yang terhebat

Kesombongan di masa muda yang Indah

Aku raja kaupun raja

Aku hitam kaupun hitam

Arti teman lebih dari sekedar materi

(SO7 - Sahabat Sejati)

Lah kok jadi lirik lagu? Tenang Sobi. Saya lagi nggak pengen bahas tentang lirik lagu kok. Itu sekedar pengantar aja. Masa remaja itu lekat banget dengan pengaruh peer grup atau teman sepermainan. Makanya seringkali kita lihat di usia tanggung ini, remaja lebih suka berinteraksi dengan teman sebayanya. 

Di masa ini, mungkin kita pernah merasakan kebingungan mau meluapkan perasaan kita kepada siapa. Kita perlu sosok yang hadir membersamai dikala senang, sedih, kecewa, marah, dan sebagainya.

Kebanyakan dari kita tentu lebih memilih teman seumuran untuk menjadi tempat mencurahkan segala isi hati. Karena bahasa kita lebih mudah diterima oleh mereka dan kita merasa senasib sepenanggungan.

Remaja cenderung melepaskan diri dari orangtua dan memilih teman-temannya. Ada suatu teori yang mengatakan bahwa remaja itu punya originalitas. Suatu kecenderungan untuk menonjolkan apa yang membuatnya berbeda dengan orang dewasa. 

Mereka punya ciri khas itu untuk membentuk suatu kelompok. Uniknya setiap kelompok punya keterikatan seiring dengan bertambahnya frekuensi interaksi. Keterikatan ini 'kadang' bisa disalahartikan oleh orang tua. Alih-alih ingin mengimbau anaknya untuk berhati-hati dalam memilih kawan sepermainan, malah membuat jarak antara mereka makin lebar.

Nah, pada bahasan selanjutnya Saya mau menceritakan kembali kisah Pak Suami yang masa mudanya penuh dengan 'kesombongan'. Saya pakai diksi ini karena ini menjelaskan definisi dari lirik lagu perilaku sosial remaja yang pada usianya merasa butuh diakui. Dan ini memerlukan 'perhatian lebih' dari orangtua untuk mendampingi mereka dalam pencarian jati dirinya.

masa muda

Story 1 - Kesombongan Ketika MOS SMA

Masuk ke salah satu sekolah favorit di kota tempat tinggalnya merupakan sebuah impian besar bagi Pak Suami. Bisa dikatakan, hanya segelintir siswa-siswi yang beruntung masuk ke SMA itu.

Jadi, Pak Suami berasal dari salah satu kecamatan di kabupaten di Cirebon yang jaraknya ke sekolah itu sekitar 10 kilometer. Untuk sampai ke sana butuh 18 menit naik kendaraan beroda empat.

Karena Pak Suami nggak punya kendaraan bermotor dan nggak mungkin dianter orangtuanya, ia berangkat dan pulang sekolah dengan naik kendaraan umum (red:angkot). Butuh waktu 4 kali lipat lebih lama dari estimasi yang sesungguhnya untuk sampai sekolah. Sebab ia harus menunggu angkotnya ngetem.

Nah, Pak Suami adalah tipikal anak yang pemberani pada masanya. Ia akan mempertahankan pendapatnya jika merasa ia benar dan akan melawan jika ada yang mengganggunya.

Sobi tahu kan kalau tiap ajaran baru selalu ada MOS (Masa Orientasi Siswa) untuk peserta didik baru? Nah latar cerita kali ini adalah ketika Pak Suami sedang ditatar menjadi siswa baru di SMA favoritnya.

Di hari kedua MOS, doi datang terlambat dari jadwal. Ia disetrap oleh seniornya karena terlambat dan bolos di hari pertama MOS.

Kalau inget jaman MOS dulu, senior seringkali berlagak sok berkuasa dan punya otoritas di atas junior. Mereka nggak akan segan untuk marah-marah, bentak-bentak, dan teriak di depan muka junior. Entah apa motivasinya, yang pasti itu cuma settingan.

Dari kejauhan Pak Suami diberi tepuk tangan yang meriah oleh para senior. Pak Suami pun dengan santainya menghampiri para senior yang sedang menunggunya di depan halaman sekolah. Ia diminta untuk masuk barisan siswa yang datang terlambat. Sudah bisa ditebak, kalau doi habis diteriaki senior. 

Semua senior memujinya 'pahlawan'. Memang pada saat itu hanya doi yang datang paling ngaret. Sebetulnya doi nggak ngerti kenapa ditepuk-tangani, terus dikomentarin macem-macem. Tapi doi sadar kalau datang telat. Doi juga nggak pakai atribut lengkap dan nggak bawa perlengkapan MOS.

Dinilai nggak patuh aturan, akhirnya para senior itu murka. Ada senior perempuan yang mendekatinya dan menatap matanya tajam. Jarak mereka berhadapan hanya 5cm. Sampai-sampai Pak Suami grogi karena jarang ditatap sedekat itu. Haha

Pada hari ketiga, tepatnya penutupan MOS. Pak Suami dan teman seangkatannya mengikuti apel siang. Mereka dijemur di bawah terik matahari.

Seperti MOS pada umumnya, selalu ada kejutan di akhir. Apalagi kalau bukan drama soal "korsa". Yup, ada satu orang yang akan menjadi sandera di tengah lapangan. Ia dihukum akibat kesalahannya. Kemudian teman-temannya diminta untuk menolong si sandera tersebut.

"Mana korsanya dek? Kalian tega liat teman kalian dihukum kaya gitu?"

Pak Suami dan satu temannya berdiri paling belakang dan cekikikan melihat adegan para senior. Sementara teman seangkatannya serius dan menghayati 'drama' tersebut.

Melihat hal itu, salah satu senior (bisa dibilang komandan lapangannya) menyuruh Pak Suami dan temannya untuk maju ke depan.

"Kalian ngapain cekikikan di belakang? Emang ada yang lucu? Sini maju!"

Pak Suami mengelak dan tidak mau maju. Akhirnya doi diseret menuju tengah lapangan. Tidak lama berselang, satu diantara mereka ada yang menarik kerah Pak Suami dengan kedua lengannya sampai-sampai kancing baju seragamnya copot. Nggak tinggal diam, Doi langsung membalasnya.

Ia merasa harga dirinya diinjak dan nggak segan untuk melawan. Akhirnya doi dikeluarkan dari barisan dan diminta untuk menunggu di ruangan. Di sana ia ditenangkan oleh seorang senior dan akhirnya mengalah. Baju seragamnya juga diganti oleh guru pembina kegiatan MOS tersebut.

Setelah kejadian itu, Pak Suami ditandai sebagai siswa baru yang songong dan ngeyelan.

lirik lagu sahabat

Story 2 - Kesombongan Ketika Diajak Ribut Senior

Cerita kedua berlatar waktu saat doi sedang menuju lab komputer untuk mulai pelajaran TIK. Doi bersama satu temannya melewati ruang OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Sebut saja namanya Jo. 

Entah karena iseng atau nggak ada kerjaan, Si Jo mengambil kayu dan memainkannya dengan mengetuk-ngetukan kayu pada pintu ruang OSIS.

Secara kebetulan ada segerombolan senior (Kelas 12) yang nongkrong di situ. Kayaknya mereka mau madol. Mereka yang sedari tadi ada di situ kaget dan mengira kalau ada yang mau 'mengganggu' mereka.

Kemudian salah satu diantara mereka mengintip dari jendela dan mendapati Pak Suami dan Si Jo yang baru saja lewat dari situ. Mereka memanggil Pak Suami dan Si Jo untuk masuk ruang OSIS. Pak Suami sama sekali nggak keberatan dan mengiyakan perintah seniornya itu. Sementara Si Jo ngacir masuk lab komputer lebih dulu.

Karena merasa biasa aja dan nggak berpikir macam-macam, Pak Suami bertanya ada apa gerangan manggil-manggil. Nah, mulai deh dramanya. Mereka kayak nggak senang gitu karena merasa ada yang menantang. Udah gitu juniornya pula.

Pak Suami nggak ngerti apa masalahnya. Nggak make sense dong kalau gara-gara perbuatan iseng Si Jo itu, doi jadi di-bully? Para senior yang berjumlah 5 orang itu bertanya apa maksud dari ketokan pintu tadi. Pak Suami merasa di atas angin dong, doi jawab dengan enteng kalau doi nggak ngetok dan nggak merasa ganggu mereka.

Belum selesai doi membela diri karena merasa nggak berbuat kesalahan, dari arah belakang ada seorang senior yang menjatuhkan pukulan tepat di wajahnya. Amarahnya pun membuncah.

Sebetulnya kalau dilihat dari jumlahnya, doi bakalan kalah kalau mau tubir (ribut). Tapi mau gimana lagi, udah kadung emosi. Sebelum sempat membalas pukulan dari senior tersebut, mereka melerai Pak Suami dan si pemukul.

Pak Suami nggak terima dan mengancam dengan nada sinis. "Gue tunggu lo pulang sekolah. Minta maaf sama Gue. Kalau enggak...". Doi menuju lab komputer dengan perasaan kesal dan membanting daun pintu ruang OSIS sambil berlalu.

Udah mirip serial FTV remaja belum? Hahaha. Intinya Pak Suami memberikan ultimatum agar si pemukul minta maaf. Kalau dia nggak melakukan itu, maka ini bakalan jadi urusan panjang. Nggak cuma dia aja yang kena imbas. Tapi semua teman seangkatannya (Kelas 12) bakalan kena juga.

Kalau dipikir-pikir berani juga ya doi. Menantang senior seorang diri dan nggak pake mikir gimana konsekuensi selanjutnya. Bermodal nekad dan ego yang tinggi, doi berhasil membuat mereka ciut. Hah kok bisa?

kita lirik

Story 3 - Kesombongan Saat Sidak di Ruang Kelas Senior

Di kelas, Doi menceritakan kisah pem-bully-an yang dilakukan senior tadi terhadapnya. Si Jo penyebab pertikaian antara dirinya dan senior, mengaku nggak bermaksud apa-apa. Dia cuma iseng aja dan nggak tau kalau akibat yang ditimbulkannya menjadi sebuah masalah untuk Pak Suami.

Karena kesal, Pak Suami hanya sambat dalam hati. Doi nggak mau urusannya jadi tambah melebar kalau harus bermusuhan dengan sahabatnya karena masalah sekecil itu.

Setelah pelajaran usai, Doi bergegas menghampiri ruang kelas senior yang tadi mem-bullynya. Tanpa ancang-ancang atau salam, doi nyelonong masuk dan mendobrak meja di depan ruang kelas. Persis seperti sidak tanpa adab. 

Suasana kelas yang tadinya riuh jadi hening. Doi mencari dan memanggil nama si pemukul dengan nada yang keras. Matanya menelisik seantero ruangan.

"Woi! Mana Si Sent?", Teriak Pak Suami. 

Ternyata yang diincar tidak menunjukkan batang hidungnya. Menurut saksi mata, Si Sent alias si pemukul itu sudah pulang lebih awal. Mungkin doi takut dilabrak Pak Suami.

Dengan terpaksa, Pak Suami mengumumkan opsi kedua di hadapan seniornya. Seorang diantara mereka (sebut saja Asep) menghampiri Pak Suami. Ia adalah kakak kelasnya ketika SMP yang kebetulan sekelas dengan Si Sent dan gerombolannya.

Asep mencoba menenangkan Pak Suami, meminta maaf atas perbuatan Si Sent dan menyarankan untuk mengikhlaskan perbuatan Si Sent. Pak Suami nggak terima dan tetap kekeuh dengan pendiriannya. Pokoknya Si Sent harus meminta maaf kepadanya secara langsung, nggak boleh diwakilkan.

Karena jiwa mudanya yang masih berapi-api, doi nggak mudah menyerah dan tetap mempertahankan egonya. Doi nggak mau berpikir panjang. Gimana konsekuensi logis yang akan terjadi jika doi nekad untuk memilih opsi kedua.

Jadi, doi bakalan memanggil teman alumni SMP yang terkenal jiwa ke-premanan-nya untuk menyerang kelas 12 jika Si Sent nggak mau meminta maaf langsung kepadanya.

Gimana Sobi udah ketauan kan sekarang gimana kesombongan Pak Suami di masa mudanya? Hmm. Ceritanya masih berlanjut.

Buat gambaran sekilas, SMP-nya Pak Suami itu ada di pinggiran kota dan kebanyakan siswanya itu anak kampung. Mereka sering bikin kehebohan dengan aksi tawuran. Dan uniknya, mereka terkenal karena ke-premanan-nya itu. Banyak siswa SMA yang takut kalau mendengar kata "alumni SMP X". Wah benar-benar dihindari deh berurusan dengan siswa di situ.

Pak Suami duduk di mushola sekolah menunggu tanda-tanda kedatangan Si Sent. Tak butuh waktu lama, kabar Doi dirundung anak kelas 12 tersebar. Doi lantas dikerubungi oleh teman-temannya dari kelas 11. Mereka bertanya-tanya tentang kejadian yang tengah dialaminya.

"Lu ditabok sama anak kelas 12? Wah kurang ajar. Belom tau aja kalau kita bawa pasukan." ujar salah satu dari mereka.

Dua orang utusan dari kelas 12 datang. Mereka adalah  Asep dan Brian. Mereka mencoba untuk menjernihkan keadaan dan bernegosiasi dengan Pak Suami agar masalah ini tidak berlanjut kepada pekara yang lebih serius.

Setelah negosisasi panjang antara Pak Suami dan 2 orang utusan tersebut, akhirnya Pak Suami mengurungkan niatnya untuk memanggil sohib gelutnya di SMP. Dengan syarat Si Sent mendatanginya langsung dan minta maaf di hadapannya.

Voilaa..gayung bersambut. Keesokan harinya Si Sent meminta maaf dan berjanji nggak akan ngajak tubir lagi. Prok..prok..prok. Cerita ini jadi buah bibir satu sekolah. Termasuk siswa kelas 11 dan 12.

Kejadian bersejarah itu juga menjadi awal karier Pak Suami jadi tukang jagal  jagoan yang sering dapet  panggilan kalo ada senior yang semena-mena dan ngajak ribut junior. Semua orang di sekolah mengenalnya dan segan kalau mau ngajak tubir.

Nggak nyangka lho Saya dapet suami yang dulunya macem gini. 😨

Setelah dapet 3 story ini, apa yang ada dalam benak Sobi? Ngerasa ada yang bergejolak? Atau nyengir melihat kelakuan Pak Suami di masa itu? Wkwk. Kalau Saya pribadi ketawa nggak ada habisnya karena bentukan Pak Suami sekarang beda jauh dari 3 story yang ada dalam bayangan Saya.

Parenting Tips

Berbekal pengalaman Pak Suami dan Saya pribadi, sebetulnya inti dalam membersamai anak ketika mereka tumbuh menjadi remaja adalah komunikasi.

Sebagai orangtua, kita perlu memahami bagaimana pola sikap dan perilaku anak di tahap perkembangan ini. Jangan sampai kita gagap karena gagal memahami 'bahasa' mereka.

Berdasar 3 story di atas, Saya merasa related dengan sikap dan perilaku Pak Suami di kala itu. Susah untuk dikasih tau AKA nggak mau diajarin, dinasihatin, di-judge, dan diperlakukan seperti anak kecil.

Masa remaja Saya dominan dengan rasa ingin diakui, penghargaan terhadap diri yang tinggi, ego yang tinggi, dan belum genap memahami konsekuensi logis yang akan terjadi. Itu semua normal dijalani dan nggak perlu dicap 'anak nakal'.

Kesombongan di masa itu bukan hal yang perlu ditakuti, dijadikan alasan untuk mengontrol seluruh kemauannya. Tapi harusnya difasilitasi dengan komunikasi dari hati ke hati. 

Kebanyakan remaja ingin menjalin persahabatan. Dengan lebih banyak didengarkan, ditemani saat terjadi pergolakan emosi, dan dimotivasi saat sedang down. 

Penting untuk orangtua merespon segala sikap dan perilaku remaja dengan iman dan ilmu. Kita boleh berikhtiar setinggi langit untuk menjadi teman bagi anak kita yang beralih remaja, tapi jangan jumawa. Allah adalah sebaik-baik pertolongan. Minta pertolongan padaNya karena Dia-lah yang menyempurnakan penciptaan manusia.

Saya belum mafhum sepenuhnya karena belum merasakan fase mendampingi anak remaja. Tapi setidaknya pengalaman yang Saya dapatkan bisa menjadi bekal yang berharga. 

Jadi..itulah kesombongan di masa muda yang pernah dialami Pak Suami. Dan nggak indah-indah amat juga sih haha. Beda kalau kisah cintanya, mungkin nggak bakalan Saya tulis juga sih.😆😊


kisah lebaran idulfitri

 
Allahu Akbar Walillahilham..
Taqobalallahu minna waminkum Sobi! Mohon maaf telat banget mau ngucapin ini karena artikelnya batal terbit di hari H idul fitri hehe. Tapi nggak apa-apa ya. Tanpa mengurangi makna dan keceriaan di bulan syawal ini, Saya dan keluarga mengucapkan Selamat merayakan hari besar idulfitri 1 syawal 1443 Hijriyah. 😊

Selamat lebar-an dan jangan lupa olahraga biar bisa kurus-an untuk membakar kolesterol jahat dari opor ayam, rendang, ketupat, nastar, dan kawan-kawannya. Idulfitri tuh bukan ajang buat balas dendam yak Sobi setelah sebulan full berpuasa. Inget sehat dan inget timbangan. #nasihatbuatdirisendiri hehe 😆

Well, Saya ingin menceritakan cuplikan kisah selama seharian berlebaran idulfitri di kampung Pak Suami.

24 jam di hari pertama lebaran idulfitri cukup menguras banyak energi Saya. Karena dari pagi sampai malam, Saya muter-muter kabupaten Cirebon dan Indramayu untuk bersilaturahmi ke rumah sanak saudara dari Pak Suami. Namun lelah itu nggak terasa karena kami menikmati perjalanan dengan perasaan bahagia.

Sebelum menceritakan momen lebaran di kampung Pak Suami, Saya mau spill beberapa tradisi menjelang idulfitri di sebagian besar wilayah kabupaten Cirebon. Singkat aja yaa karena di bagian akhir ada kisah yang membuat Saya 'membuka mata' dengan realitas yang terjadi di kota kecil di pesisir utara Jawa ini. 

Lebaran Idulfitri di Kampung Pak Suami

Obrog

Tradisi lebaran di setiap kota atau kabupaten di Indonesia pasti punya ciri khas tersendiri. Termasuk di Kabupaten Cirebon. Sebulan sebelum hari H lebaran idulfitri, ada tradisi obrog. 

Obrog dilakukan setiap sore di bulan ramadan (re: ngabuburit). Hmm.. Mungkin maknanya lebih dekat dengan istilah pertunjukkan musik.

Obrog dibawakan oleh remaja tanggung atau kelompok anak muda dengan iringan musik seperti organ, gitar, kendang, suling, dan sebagainya. Mereka berjalan iring-iringan sambil memainkan alat musik dengan irama solawatan dan terkadang dangdut.

Setiap pulang Cirebon, Saya nggak pernah absen atau ketinggalan buat nonton obrog. Biasanya yang menikmati obrog bukan cuma orang dewasa, anak-anak pun turut serta. Mereka senang banget melihat pertunjukkan musik itu. 

Sebenarnya ada pergeseran tradisi dari masa ke masa tentang pertunjukkan obrog. Dulu obrog dilakukan dengan memainkan bedug dan kentongan untuk membangunkan orang sahur. Tapi sekarang udah jarang banget ada obrog yang dilakukan saat sahur.

Fungsinya saat ini lebih banyak sebagai hiburan dan sarana untuk melestarikan tradisi yang ada di sana. 

Uniknya, Obrog juga masih dimainkan saat hari H idulfitri. Saya menemui hal ini di kabupaten Indramayu saat bersilaturahmi ke sanak saudara yang tinggal di sana. Hal semacam ini jarang Saya temui karena hari lebaran identik dengan orang-orang yang pergi nyekar atau silaturahmi aja ke rumah saudara.

Kalau di kampung Sobi masih ada nggak tradisi semacam ini? Hoho boleh loh komen-komen di bawah.

Curakan

Sebenarnya tradisi ini ada di sebagian besar daerah jawa, salah satunya Cirebon. Curakan dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah yang memberikan nikmat kesehatan, keselamatan, dan kecukupan harta.

Biasanya orang yang melakukan curakan mengumpulkan koin recehan untuk disebar saat momen tertentu seperi lebaran, khitanan, dan pernikahan.

Kemudian para tetangga akan 'nampani' alias mengumpulkan koin-koin yang berserakan setelah disebar atau dicurahkan ke arah mereka. Tua-muda semuanya ikut serta memeriahkan tradisi curakan ini.

Qodarullah, saat momen idulfitri bisa berbagi kebahagiaan dengan para tetangga di sana dengan curakan. Pengalaman yang seru karena momen kebersamaannya dapet banget dan bikin terpingkal-pingkal karena satu sama lain berebutan koin untuk dikumpulkan.

Lebaran

Tahun ini Saya nggak berkesempatan untuk solat ied berjamaah karena sedang berhalangan (re:haid). Sehingga Saya menunggu di rumah dan menyambut kedatangan keluarga untuk bersalam-salaman. 

Sebenarnya kangen banget dengan suasana solat ied. Setiap jalan yang dilalui setelah pulang solat di mesjid atau lapangan besar bisa mempertemukan kita dengan tetangga sehingga bisa saling bermaaf-maafan. Melihat dan merasakan haru biru momen untuk saling bertutur maaf itu sesuatu yang nggak bisa dilakukan di sosmed. Hehe

Nah nggak ketinggalan juga, setelah solat ied Saya bakalan mencicipi hidangan khas lebaran. Ada ketupat atau lontong, opor ayam, rendang, dan sambel goreng kentang. Duh enak banget. Apalagi dibuatin langsung oleh ibu mertua..ya Allah tolong. Saya sampai nambah berkali-kali. :")

Satu tradisi lagi yang nggak pernah ketinggalan, yaitu tradisi makan tape. Di Cirebon, tape jadi cemilan khas ketika lebaran. Nggak cuma lebaran aja, momen pernikahan, selametan, dan momen penting lainnya wajib menyuguhi tape. Sobi kudu mencicipi kudapan satu ini sih karena rasanya yang manis dan aroma khas ragi bisa bikin ketagihan. Hehe

Setelah kenyang menyantap suguhan khas lebaran, Saya bersilaturahmi ke rumah saudara dekat Pak Suami. Ada bibi, nenek, adiknya nenek, serta sepupu-sepupunya. Rame banget pokoknya karena rumahnya deket-dekatan.

Momen khas lebaran yang nggak kalah serunya adalah membagikan THR ke anak-anak. Biasanya Saya yang dapet THR, sekarang kebalikan. Itu kali pertama juga Arza mau diajak keliling rumah sanak saudara dan tetangga buat lebaran tanpa ditemani oleh Saya dan Pak Suami. Doi sibuk ngumpulin THR dari orang-orang. Hehe 😜

Agenda silaturahmi selanjutnya adalah nyekar alias ziarah kubur ke makam orang yang sudah meninggal. Orangtua dari Ibu mertua dimakamkan nggak jauh dari kediamannya. So, kami tinggal jalan kaki aja ke makam karena jaraknya cuma 5 langkah doang.😐

Di sana kami sekeluarga  'say helo', mendoakan keselamatan dan ketenangan bagi almarhum dan almarhumah yang telah dulu wafat. Menebarkan bunga-bunga segar di atas makam.

Awalnya horor sih karena rumahnya mertua deket dengan makam. Tapi lama-lama Saya jadi terbiasa dan sering nggak sadar kalau pemandangan rumah mertua itu dikelilingi makam.

Setelah nyekar, Saya dan Pak Suami beserta Ibu dan Bapak mertua bertandang ke Kabupaten Indramayu. Kami berencana untuk nyekar dan mengunjungi sanak saudara yang tinggal di sekitar sana.

Indramayu: TKI dan Fenomena Perceraian 


Perjalanan menuju Kabupaten Indaramayu kami tempuh selama 2 jam. Kami berkunjung ke 3 tempat dan 2 makam yang memakan waktu kurang lebih 4 jam. Selama perjalanan, Saya mendapatkan insight mendalam dan sangat jarang Saya rasakan di momen idulfitri ini.

Sekilas tentang Indramayu dan Fenomena Perceraian 

Indramayu jadi salah satu kabupaten di Jawa Barat dengan jumlah TKI terbanyak se-Indonesia. 
Menurut data yang tercatat di Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) tahun 2021, terdapat 5.262 orang TKI yang berasal dari Indramayu. 

Di lihat dari statistiknya, jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri di tahun 2021 jauh lebih sedikit dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2020 Indramayu menyumbang 10.076 orang TKI untuk bekerja di luar negeri.

Fenomena fisik yang sangat ketara ketika  Saya sedang berada di sana yaitu banyak diantara mereka yang keluarganya pergi menjadi TKI, berlomba-lomba untuk meninggikan bangunan (re:rumah).

Mereka yang pergi menjadi TKI ada yang berstatus lajang dan sudah menikah. Yang sudah menikah, meninggalkan keluarganya bertahun-tahun untuk mengadu nasib di Taiwan, China, Singapura, Arab, dan Malaysia.

Bagi perempuan yang mengadu nasib sebagai TKW, tentu ini jadi pilihan yang berat karena harus meninggalkan anak-anaknya. Qodarullah, dulu ketika ekonomi mertua belum stabil, sempat terlintas di benak ibu mertua untuk pergi mengadu nasib menjadi TKI. 

Ia galau saat ditawari bekerja di luar negeri. Iming-iming ekonomi jadi lebih mapan menjadi senjata untuk meng-goal-kan program ini. Tanpa ragu, Ibu mertua meminta pertimbangan kepada Pak Suami (karena Pak Suami pikirannya lebih terbuka dan bisa memberikan masukan yang logis). Akhirnya Pak Suami dengan berat hati tidak merekomendasikan program itu pada ibunya.

Menurut kesotoyan Saya, tentu berat bagi seorang anak (re: Pak Suami) yang masih memiliki adik-adik yang masih kecil dan butuh kasih sayang jika ditinggal kedua orangtuanya merantau ke belahan bumi yang berbeda. Ia juga perlu melanjutkan hidup, fokus mengejar cita-citanya, dan ikut membantu menyokong ekonomi keluarga.

Entah apa jadinya sekarang, jika Pak Suami ditinggal oleh ibu dan ayahnya mengadu nasib di negeri seberang. Mungkin ceritanya nggak akan seperti sekarang. Qodarullah  waa maa-syaa fa 'ala. 

Back to Indaramayu lagi ya gaes ehehe.

Angka pernikahan di bawah umur juga masih sering ditemui di Kabuparen Indramayu. Usia belasan sudah menikah dan beranak-pinak. Fakta yang ada di lapangan, kemampuan untuk bereproduksi tidak sebanding dengan  pengetahuan yang mumpuni soal manajemen rumah tangga dan pengasuhan anak.

Jadi, pernikahan yang seharusnya melahirkan keluarga yang harmonis, sakinah mawaddah warohmah hanyalah utopi. Tidak semua pernikahan berjalan dengan semestinya. Kasus perceraian di bawah umur jadi sorotan karena minimnya edukasi pra-nikah dan faktor lain seperti masalah ekonomi, perselingkuhan, dan KDRT.

Berdasarkan apa yang Saya amati 3 tahun belakangan ketika berkunjung ke Indramayu, 'nggak semuanya tapi ada'. Diantara pasangan yang sudah menikah, baik suami maupun istri tidak menjalankan peran dengan semestinya. Suaminya hanya ongkang-ongkang kaki sementara istrinya bekerja menjadi TKI. Kemudian suaminya menikah lagi dengan perempuan lain disaat istrinya kerja banting tulang siang malam di negeri orang.

See? Sesuatu yang nggak pada tempatnya bakalan menyimpang. Allah menjadikan perempuan dan laki-laki berpasangan untuk mengingat kebesaran Allah. Sebagaimana tertulis pada Al-Quran surah Ar-Rum ayat 21.

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung merasa tenteram kepadanya. Dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.”

Pernikahan itu tanda kebesaran Allah. Makanya setelah menikah, sebagai suami istri harus tetap tholabul 'ilmi (menimba ilmu) agar langkahnya bersisian. Nggak jomplang dan saling mengisi satu sama lain. Tahu porsi sebagai suami dan istri. Mengerti arah dan akhir perjalanan dalam pernikahan. Menikah itu jadi suatu yang indah. Bukan momok menakutkan yang sering dikampanyekan orang yang benci dengan pernikahan.

Kalaupun ada ujian sekaliber kekurangan harta dan LDR-an, bisa dihadapi dengan iman dan sabar. Masyaa Allah, tentu ini nggak mudah dan butuh ilmu tingkat tinggi untuk memaknai 'penerimaan'. Kalau semuanya dipasrahkan sama Allah sebagai penentu takdir, tentu ini akan jadi lebih ringan. Karena siapa kita? Kita bukan orang yang bertanggung-jawab dengan segala hal di luar kendali kita.

Segala sesuatu yang dijalankan sesuai dengan fitrah-Nya tentu akan menghasilkan output yang lebih baik. Lebih baik, setidaknya tidak sampai menyimpang. Apalagi keluar dari syariat (hukum Islam).

Fitrah keayah-bundaan harus tetap terjaga dengan kecukupan iman, mental, dan kekayaan wawasan tentang kehidupan pernikahan. Menikah bukan hanya tentang memperbanyak keturunan. Tapi bagaimana kita berusaha untuk menurunkan estafet kepemimpinan kepada calon anak-anak kita di masa depan. Agar mereka bisa bertanggung-jawab dengan kehidupan pribadi, agama, dan sosialnya.

Bersambung.......................

Kayaknya kepanjangan ya Sobi kalau dilanjutin lagi. Sesuai dengan judulnya, kisah lebaran idulfitri kali ini bakalan Saya bagi jadi beberapa part. Karena ada banyak hal yang ingin Saya tulis dan Saya bagikan di blog ini. Hehe See yaa cerita selanjutnya di part 2!








Bunda Cekatan


Cuplik Perjalanan 

Tantangan 30 Hari #T30H tahap kepompong sudah purna Saya selesaikan. Masyaa Allah Tabarakallah! Rutin menulis jurnal #T30H jadi trigger untuk Saya dalam mengatur waktu. Meskipun seringnya jadi tim rapelan karena nggak tepat waktu ngumpulin jurnal, Saya patut untuk mengapresiasi diri karena nggak nyerah di tengah jalan. 

Apa yang dimulai harus diselesaikan. Excused boleh tapi sesekali aja. Nilai ini yang Saya pegang untuk tetap gigih mendaki gunung terjal ketika menjalani tantangan demi tantangan selama 30 hari.

Ilmu yang Saya latih selama satu bulan yaitu manajemen waktu sebagai seorang penulis konten blog. Saya menargetkan bangun lebih pagi untuk menulis satu artikel per hari. Lumayan nekad karena Saya belum pernah mencobanya.

Dari latihan itu Saya menyadari kalau menulis dengan hati itu nggak bisa terpaksa. Nulis ketika suasana hati kacau, nggak fokus, dan mental load bisa membuat tulisan kita ambyar.

Hari demi hari Saya lalui dengan segala dramanya. Mulai dari yang b aja sampai yang suprising moment. Ada kalanya Saya mencari pembenaran. Sampai akhirnya sadar bahwa proses ini adalah ajang perlombaan dengan diri sendiri. Apakah Saya bisa mengalahkan diri sendiri.

Puasa begadang dan scrolling medsos sangat membantu proses Saya menyelesaikan #T30H. 

Dari total 30 hari, Saya berhasil membuat 15 artikel di blog dan 5 draft tulisan. Kalau dirata-rata, dalam 2 hari sekali Saya bisa memproduksi 1 artikel blog. Sebetulnya itu adalah rekor pertama Saya menulis 15 tulisan dalam sebulan. Terimakasih diri sudah mau berlelah-lelah mengeluarkan seluruh potensi! :")

Saya sadar kalau tulisan Saya masih jauh dari sempurna. Riset Saya juga nggak terlalu dalam. Kadang masih sering typo dan kurang benar dalam logika bahasa. Nggak mudah buat Saya untuk nulis beribu-ribu kata dalam semalam. Butuh jam terbang yang lebih tinggi.

Dengan mengeliminasi faktor penghambat seperti begadang dan scrolling medsos, waktu yang Saya gunakan menjadi lebih efektif. Meski nggak signifikan karena lebih banyak gagal puasa daripada berhasilnya.

Usaha Saya masih terbilang rata-rata karena persebaran badge 30 hari nggak sampai 50% yang excellent. Kenapa Saya anggap rata-rata? Hmm.. Saya malu mengakui ini karena sebenarnya Saya kurang bisa mengendalikan persepsi dan sikap Saya terhadap faktor di luar diri. Masih suka overthinking dan perfeksionis. 

Energi Saya banyak habis pada dua hal itu. Di samping manajemen waktu, self awareness Saya perlu di-improve juga. Capek rasanya kalau urusan dengan diri sendiri aja belum kelar.

Well, mengatur waktu sebagai seorang penulis konten blog itu sangat menantang. Ada kalanya nggak mood buat nulis, writer's blocked, kejeda karena urusan anak, domestik, dan publik. Ada aja tantangannya. 

Seorang pelaut yang tangguh nggak mungkin lahir dari gelombang yang tenang. Memang ujian itu perlu ada supaya kita nggak ngerasa aman aja. Belajar untuk mengantisipasi berbagai hal, mempersiapkan berbagai hal, dan mencari alternatif solusi yang tepat +cocok di hati.

Rangkaian perjalanan selama #T30H Saya tulis disini Tantangan 30 Hari Tahap Kepompong.

Menjadi Kupu-Kupu Muda

Setelah puasa di tahap kepompong, akhirnya Saya lahir menjadi kupu-kupu muda. Ada beberapa insight yang ingin Saya bagikan.

Saya merasa sedang berkejaran dengan diri sendiri. Mendorong diri supaya lebih tega. Iya tega dalam berjuang. Tega untuk menahan faktor yang menghambat diri untuk maju. Tega untuk nggak membiarkan diri ini berkutat dengan hal yang bukan prioritas. Waktu kita terbatas dan kita harus menentukan prioritas.

Kemudian, Saya nggak sempat nengok ke kanan maupun ke kiri. Proses di tahap kepompong membentuk diri Saya menjadi fokus dengan pencapaian diri sendiri. Ini bagus banget karena melatih diri untuk bersyukur dengan setiap kemajuan yang kita capai per harinya.

Dan di tahap kepompong ini, Saya jadi terbiasa untuk menjurnal. Melihat proses latihan untuk jadi cekatan setiap harinya membuat Saya lebih aware. Apa yang perlu Saya perbaiki dan apa yang perlu Saya tingkatkan untuk mencapai target-target selanjutnya.

Menuju tahap kupu-kupu, ada banyak pertanyaan di kepala Saya. Apa capaian selanjutnya yang akan Saya tetapkan?

Bunda Cekatan Ibu Profesional

                                                                   

Setelah #T30H

Hampir 3 mingguan setelah menjadi kupu-kupu muda, Saya nggak nulis di blog ini. Rasanya lega banget! Lha kok? 

Saya mengambil jeda lumayan panjang untuk mengelola dan menginternalisasi nilai yang Saya dapatkan ketika belajar di tahap kepompong. Qadarullah, waktunya sangat bertepatan dengan 10 malam terakhir ramadhan dan hari raya idul fitri. 

Saya gunakan waktu yang ada dengan sebaik mungkin untuk lebih banyak muhasabah, fokus pada amalan hati menyambut idul fitri, menjalin silaturahmi dan berbagi kebahagiaan dengan sekitar. Sehingga Saya lebih siap untuk memulai lagi target-target selanjutnya.

Selama 3 minggu ini, Saya membiarkan diri untuk lebih banyak eksplor. Melihat, mendengar, merasakan fenomena yang ada di sekitar. Nggak grasa-grusu dalam menulis. Oiya selama ini Saya masih membiasakan untuk nulis catatan singkat di google docs. Free writing aja sih. Nggak serapih kalau nulis di blog. Tujuannya buat mengabadikan momen. 

Semoga setelah ini akan terbit tulisan-tulisan yang lebih fresh di beranda blog Saya. Nggak sabar buat injek gas lagi hoho.



jurnal kepompong


Cerita tentang Puasa Pekan Keempat

Pekan ini merupakan pekan terakhir Saya berpuasa (scrolling medsos). Saya menahan diri untuk membuka akun medsos seperti WA, IG, FB, dan Youtube jika tidak berkepentingan dan tidak mendesak. 

Agak aneh sebenarnya karena puasa pekan ini cuma 4 hari. Tapi yaudahlah nggak apa-apa. Lagian Saya juga pengen lanjutin untuk puasa scrolling selama ramadan ini. Bismillah~ Semoga Allah mudahkan, Aamiin.

Nah, Saya bakalan merinci puasa 4 hari yang sudah Saya jalani yaitu dari tanggal 20 April 2022 sampai dengan tanggal 23 April 2022.

Cuzz langsung aja ya!

Hari pertama - Need Improvement

Hari pertama puasa malah nggak inget blas kalau mau install aplikasi untuk membatasi jam online. Saya keasyikan mantengin laptop untuk ngerjain amanah komunitas.

Tulisan di blog juga masih berbentuk draft , itu juga Saya kerjakan injury time ketika terbangun dari tidur. Fokus Saya terpecah pagi itu untuk hal yang tidak Saya sukai.

Cerita lengkapnya ada di dalam Jurnal Kepompong Day 27. Qodarullah, Saya masih belum bisa membatasi waktu untuk scrolling medsos.

Hari kedua - Excellent

Hari kedua, Saya berhasil menaklukan tantangan puasa scrolling medsos. Jadi, hanya membuka medsos untuk cek notifikasi penting aja di jam 1-3 siang. Sisanya banyak hal produktif yang Saya kerjakan.

Namun salahnya Saya malah begadang nyelesaiin satu artikel blog.Jurnalnya Saya tulis di Jurnal Kepompong Day 28.

Hari ketiga - Need Improvement

Saya merasa overwhelmed karena terlalu banyak hal yang ingin dikerjakan hari itu. Saya berusaha untuk memilahnya satu persatu. 

Hasilnya semua prioritas berjalan tapi Saya tidak memasukkan aktivitas menulis sebagai 3 besar prioritas di hari itu. 

Perjalanan hari ketiga puasa bisa cek di Jurnal Kepompong Day 29. 

Hari keempat - Need Improvement

Puasa hari keempat masih sama dengan puasa sehari yang lalu. Saya belum bisa fokus untuk membatasi jam online karena masih terdistraksi dengan notifikasi medsos. 

Rasanya sulit untuk re-komitmen dengan batasan yang sudah Saya tetapkan. 

Namun yang Saya syukuri, bisa membuat kebermaknaan lewat aktivitas bermain bersama Arza. 

Ceritanya selengkapnya bisa cek di Jurnal Kepompong Day 30.

Pekan terakhir ini ujian banget buat Saya karena ada banyak tantangan yang belum bisa Saya kalahkan, tapi telah Saya coba untuk hadapi.

Dari 4 hari tantangan berpuasa, Saya rasa hari kedua sangat merepresentasikan keberhasilan puasa di pekan ini. Jurnalnya bisa cek di  Jurnal Kepompong Day 28.

Meskipun secara rata-rata hasilnya nggak memuaskan, Saya masih terpacu untuk memperbaikinya besok dan hari-hari selanjutnya. Yang mana nggak akan ada lagi jurnal harian atau jurnal puasa seperti ini. Mungkin lebih tepatnya Saya masuk ke periode kehidupan yang baru di fase kupu-kupu.

Ngomongin soal kupu-kupu, Saya penasaran sebenarnya Saya sudah menetas menjadi kupu-kupu muda belum ya? Hehe. Kita liat nanti ya!

bunda cekatan


Kunci Keberhasilan di Pekan Ini

1. Menggunakan aplikasi Stay Focused dari appstore di Handphone

2. Ingat niat puasa dan sabar menjalaninya

Saya inget Andreas Bordes pernah ngomong gimana cara supaya kita nggak gampang terdistraksi. Caranya, kita gunakan sumber distraksi itu sebagai tools yang membantu kita menjauh dari distraksi.

Kebayang nggak sih? Kalau kita keseringan terdistraksi oleh gadget, maka manfaatkan kelebihannya itu. Banyak kok fitur yang bisa kita pakai untuk melatih diri agar tetap fokus ngerjain berbagai macam hal. Yang penting kita ada komitmen untuk mengurangi screen time dan membatasi waktu scrolling nggak jelas.

Sobi bisa coba apps sejenis Stay Focused dari google playstore dan appstore lainnya dari smartphone kalian.

Memang agak sulit untuk penyesuaian di awal ketika pakai aplikasi seperti itu. Pasalnya aplikasi yang menjadi sumber distraksi bakalan ikut kekunci. Jadi kita nggak bisa cheating. 

Dan ini yang Saya alami pada hari kedua menjalani puasa scrolling medsos. Nggak bisa berkutik ketika tombol ON-nya nyala. Jadi sempet bolak-balik liat layar handphone buat mastiin kapan kuncinya terbuka. 

Mungkin bagi sebagian orang bakalan ganggu. Tapi buat Saya pribadi nggak terlalu sih. Saya malah jadi keidean banyak hal untuk mengisi waktu luang dan berasa banget bedanya. 

Dengan mengingat niat puasa dan sabar menjalani prosesnya, kita bisa kok naklukin hasrat untuk membatalkan puasa. Bahkan ada manfaat setelahnya yang bisa kita rasakan. Inget aja buah manis dari berpuasa. Kita akan lebih fokus dan bisa memilah mana yang prioritas dan bukan prioritas. 

Nah, mungkin cukup untuk pekan ini. Saya kira perjalanan untuk puasa scrolling medsos akan Saya jalani di luar hutan kupu cekatan ini. 

Doakan Saya supaya istiqomah ya Sobi! :3

Surat Untuk Buddy

Masyaa Allah..udah lama banget nggak denger Teh Fitri ngoceh wkwk. Kira-kira doi lagi apa yah? Semoga makin bageur dengan 2 malaikat kecilnya. 

Setelah ini bisa saling berkabar dan puas-puasin cerita tentang perjalanan selama 30 hari menantang diri dan puasa 4 pekan yang dijalani di kelas ini. Udah nggak sabar dengerin secara langsung pengalaman doi :3

Sebelum itu mau kirim surat dulu lewat jurnal terakhir di pekan ini. Untuk Teh Fitri, dibaca yaaa! Sampe ketemu virtual ya teh ;P

tahap kepompong

bunda cekatan batch 3



Older Posts Home

SUBSCRIBE & FOLLOW

ABOUT ME

Hai! Saya Okta. Selamat datang di dunia penuh ilmu dan hikmah. Untuk keperluan lebih lanjut silahkan hubungi saya di winartioktavia@gmail.com atau DM Instagram @oktaoktii. Jazakumullah khairan :D

POPULAR POSTS

  • Kisah Lebaran Idulfitri di Kampung Suami | Lebaran #Part1
  • Cuplik Perjalanan Menjadi Kupu-Kupu Muda | Kelas Bunda Cekatan Batch 3
  • Jurnal Puasa Pekan 4 - Tahap Kepompong Kelas Bunda Cekatan
  • Kesombongan di Masa Muda yang Indah
  • Peta Perjalanan Belajar di Kelas Bunda Cekatan: Pijakan Sebelum Masuk ke Belantara Ilmu, Tahap Telur Minggu ke-4

Categories

  • blog 2
  • Bunda cekatan 44
  • hikmah 15
  • komunitas 3
  • Life Style 3
  • motivasi 5
  • parenting 4
  • Tips 5
  • Tulisan Pertama 6

Followers

Blog Archive

  • ▼  2022 (74)
    • ▼  May (3)
      • Kesombongan di Masa Muda yang Indah
      • Kisah Lebaran Idulfitri di Kampung Suami | Lebaran...
      • Cuplik Perjalanan Menjadi Kupu-Kupu Muda | Kelas B...
    • ►  April (35)
    • ►  March (27)
    • ►  February (2)
    • ►  January (7)
  • ►  2021 (4)
    • ►  December (3)
    • ►  October (1)
  • ►  2018 (3)
    • ►  July (3)
  • ►  2017 (6)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)

Blog Suamiku Tercinta

Pengertian HTML
Powered by Blogger.

Part of

Pengertian HTML Pengertian HTML Pengertian HTML

Contact Form

Name

Email *

Message *

Copyright © Kinsley Theme. Designed by OddThemes