oktaviawinarti.com

3 Pertanyaan Tentang Zero Waste: Apa Alasan Memulai Hidup Minim Sampah?

5 comments
Konten [Tampil]

Ada yang pernah dengar istilah pahlawan bumi? Yap! Dia adalah pelaku atau praktisi hidup minim sampah atau zero waste lifestyle. Gimana ya cara mereka memulai hidup zero waste? Apakah sama dengan orang awam kebanyakan yang bingung mau mulai dari mana? Ada 3 pertanyaan tentang zero waste yang bisa menjadi panduan kita sebagai newbie untuk memulai hidup minim sampah.

Mau tau? Apa aja sih 3 pertanyaan tentang zero waste yang paling sering terlintas di pikiran?

Pada kesempatan kali ini, Saya, sebagai orang yang terbilang ‘baru’ dalam menerapkan zero waste. Ingin berbagi sedikit cerita perjalanan Saya dalam mengolah sampah.

Memang bukan ‘hal besar’, tapi Saya meyakini sedikit demi sedikit jika dipraktikkan dalam keseharian, lama-lama “istiqomah”.

Baca juga:


pertanyaan tentang zero waste


Pertanyaan tentang Zerowaste


Memulai hidup minim sampah bagi sebagian orang terasa sangat melelahkan, tapi siapa bilang? Ada kok orang-orang yang dengan keistiqomahannya dapat menerapkan gaya hidup minim sampah atau zero waste lifestyle dalam keseharian.

Sebut saja Bu Dini (DK Wardhani), Bu Mita Hapsari (Komunitas Anak Cinta Bumi), dan Mbak Khoirun Nikmarh (Gemarapi) yang sudah memulai langkahnya dan menjadi inspirasi dalam praktik Cegah, Pilah, dan Olah.

Banyak jalan yang bisa kita tempuh, asalkan ada STRONG WHY. Yaitu pertanyaan mengapa kita perlu menerapkan zero waste. Jawabannya ada pada masing-masing dari kita.

Kenapa Memilih untuk Memulai Zero Waste?


Awalnya Saya hanya sekedar tahu ilmunya, kemudian muncul KESADARAN setelah mengalami serangkaian episode kehidupan.

Akhirnya apa yang Saya lihat, dengar, cium, dan Saya rasakan, ter-internalisasi dalam diri dan menjelma menjadi sebuah aksi. Kecil, namun berdampak bagi diri sendiri dan lingkungan.

1. Hidup Sustain di Masa Depan


Sebagai mahasiswa Kesehatan Lingkungan, Saya merasa punya ‘tanggung jawab’ terhadap ilmu yang sudah Saya pelajari selama ini.

Terlebih ilmu terkait lingkungan hidup dan hubungannya dengan kesehatan.

Saya merasa banyak menerima, tapi belum banyak yang bisa Saya aktualisasikan atau Saya bagikan. Saya merasa perlu untuk memulai sesuatu kebiasaan baik yang mencerminkan kehidupan sebagai manusia yang tahu diri.

contoh zero waste



Saya baru benar-benar memahami isitlah zero wate ketika sedang belajar tentang sustainable living. Ternyata zero waste adalah satu dari sekian banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mendukung hidup yang berkelanjutan.

Bagaimana hidup yang berkelanjutan itu?

Sejauh yang Saya pahami, kita perlu mempersiapkan diri secara proaktif untuk mengurangi kebiasaan buruk yang berdampak bagi bumi ini di masa depan. Dengan menggunakan metode atau cara yang ramah lingkungan, kita bisa menjaga harmoni antara manusia dan bumi agar tetap sustain (bertahan untuk jangka waktu yang panjang).

Zero waste itu sendiri adalah gaya hidup nol sampah atau zero waste lifestyle. Artinya kita berupaya untuk memberikan dampak bagi lingkungan dengan mengurangi sampah sampai nol (tidak menghasilkan sampah sama sekali).

Sehingga diksi yang muncul bukan lagi mengurangi sampah, melainkan mengurangi sisa konsumsi. Terdapat 5 konsep yang digaungkan oleh  zero waste yaitu Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, dan Rot. Hal ini akan kita pelajari lagi nanti.

2. Mengurangi Gunungan Sampah di TPA


Sampah yang kita hasilkan dari urusan domestik menyumbang angka terbanyak di stasiun pembuangan akhir alias TPA. Setiap hari selalu ada sampah yang datang dan diangkut oleh truk sampah.

zero waste lifestyle



Hal ini Saya temui ketika beberapa kali main ke TPA saat praktik lapangan. Ada hal yang membuat hati Saya tergugah.

Bagaimana bisa seseorang betah berlama-lama tidur dan berkegiatan di atas tumpukan sampah yang luasnya berhektar-hektar? Bau lindi (sampah organik dan anorgaik yang bercampur jadi satu) membuat Saya mual dan ingin mengeluarkan seisi perut.

Saya tidak bisa membayangkan kalau tinggal di sana berpuluh-puluh tahun. Bahkan satu menit pun tidak kuat rasanya.

Para pemulung yang tinggal di sana sudah biasa dengan keadaan yang demikian, sehingga tidak terlalu risih dengan bau sampah. Ditambah setiap harinya selalu ada sumbangan sampah yang rasanya tidak pernah berakhir.

Jika TPA sudah penuh, tidak ada lagi lahan yang tersedia. Maka akan dibuat lagi TPA baru. Ini yang dinamakan open dumping. Hanya berpindah lahan untuk menampung sampah baru. Kira-kira kalau seperti ini kapan berakhirnya?

Saya mulai berpikir. Sampah yang Saya hasilkan mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi mencapai 3 Liter per Harinya. Bisa nggak ya Saya mencegah atau setidaknya mengurangi sampah yang Saya hasilkan itu?

Akhirnya Saya coba! Mulai dari diri sendiri. Meskipun Saya tahu bahwa gunungan sampah di TPA itu bukan hanya sampah Saya. Saya berikhtiar untuk fokus pada solusi. Kalau bukan Saya yang mulai tergerak, mau menunggu sampai kapan lagi?

Semenjak itu Saya mulai mengurangi sampah plastik dan pembalut sekali pakai.

3. Mencegah Sampah Sampai ke Laut


Di awal 2016-an, Saya main ke pinggiran kota Semarang tepatnya di area pemukiman dekat pelelangan ikan.

Sungguh sebuah ironi, ketika menyaksikan di setiap sudut rumah, selokan, dan sungai terdapat tumpukan sampah plastik, makanan, dan barang tidak terpakai bercampur jadi satu.

dampak negatif zero waste



Lebih menyedihkannya lagi, Saya melihat dengan kepala dan mata Saya sendiri. Ada hewan ternak (red: kambing) yang makan bungkus makanan (bungkus chiki yang terbuat dari plastik).

Melihat kejadian itu hati Saya gusar. Kok bisa-bisanya seperti itu?

Saya baru menyadari kebiasaan masyarakat pesisir yang kesulitan mengelola sampahnya. Mereka tinggal di hilir dan menyadari sampah dari hulu berenang sampai tempat tinggalnya.

Muncul pertanyaan.

Mau dibuang kemana sampah mereka?Tempat tinggalnya dekat dengan laut. So? Boleh kan buang sampah ke laut? Nggak ada yang melarang dan nggak dikenai sanksi atau hukuman.

Semua sampah akan bermuara di laut. Buat apa pusing-pusing mikirin tempat pembuangan akhir?

Well, itu pemahaman yang keliru ya Sobi. Saya sangat tidak setuju bahwa akhir dari perjalanan sampah ada di laut. BIG NO! Kita perlu memahami tata kelola sampah agar sampah yang kita hasilkan diperlakukan secara tepat. Tanpa merusak alam semesta ini.

Sampah (dalam hal ini plastik) yang dimakan oleh hewan ternak dan hewan laut bisa meninggalkan zat kimia berbahaya dalam tubuhnya. Ada yang pernah dengar istilah microplastik?

Yap. Microplastik adalah partikel plastik yang berukuran 5 mm atau bisa lebih kecil dari itu.

artikel tentang zero waste



Bayangkan jika kambing yang Saya sebutkan di atas kita konsumsi? Tentu akan punya efek kesehatan yang nggak bagus untuk tubuh kita. Karena dalam microplastik terdapat kandungan kimia yang berbahaya.

Dalam mikroplastic terdapat Bisphenols-A (BPA). Bahan pengeras plastik ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak dan kanker. Selain itu ada kandungan Phthalate, yaitu bahan pelentur plastik. Phthalate dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh.

Ngeri banget kan?

Fenomena lain yang Saya temui di sana, hampir setiap sore apalagi setiap bulan purnama, sering terjadi banjir rob. Ketika banjir rob, anak-anak berenang bersama sampah-sampah yang tergenang.

Dan mereka biasa saja karena sudah lumrah dengan hal ini. Padahal kita tahu bahwa ada bahaya penularan penyakit lewat air. Apalagi airnya sudah terkontaminasi oleh sampah. Ya Lillah..

manfaat zero waste



4. Warisan Budaya Untuk Generasi Mendatang


Setelah berdamai dengan fenomena itu, Saya tidak tinggal diam. Saya bergabung dengan komunitas yang bergerak di bidang Pendidikan, lingkungan, dan Kesehatan untuk mulai meluncurkan aksi nyata di tempat tersebut.

Yaitu mengurai root dari permasalahan yang sedemikian kompleks itu dimulai dari Kesadaran.

Bersama dengan teman-teman, Saya ingin berbagi ilmu dan wawasan tentang pentingnya menjaga keseimbangan di alam. Tinggal di lingkungan pesisir yang di-cap marjinal tidak boleh menyurutkan langkah untuk tetap belajar.

Dimulai dengan gerakan mengajar setiap ahad pagi untuk meningkatkan literasi anak usia dini kemudian mengajak ibu-ibu atau istri nelayan untuk bijak mengelola sampahnya.

10 pertanyaan tentang limbah b3



Bukan hal yang mudah untuk menekuni hal itu. Perlu konsistensi dan komitmen yang kuat agar tidak angin-anginan. Saya pun masih perlu mengevaluasi diri.

Karena selalu ada ujian yang datang, tinggal kita yang menentukan. Apakah kita mau BERGERAK atau DIAM saja? Pilih dan pikirkan masing-masing konsekuensinya.

Berdayakan diri sendiri dan camkan dalam hati bahwa Sampah Kita adalah Tanggung Jawab Kita. Kemudian MENGAJAK orang-orang di sekitar untuk peduli.

Mengutip kata dari Bu DK Wardhani,

Tak perlu malu. Kalau kita belum bisa melakukan semua (minim sampah), jangan tinggalkan semua kebaikan. Lalukan saja apa yang bisa.

Jika mentok urusan ini bukan berarti tidak ada jalan keluar. Ganti fokus pada hal yang lain. Gunakan kreatifitas. Fokus saja dan konsisten. Berubah itu mengubah.

Kita bisa melakukan praktek zero waste sebagai gaya hidup baru yang selanjutnya bisa kita wariskan pada generasi yang akan datang.

5. Amanah sebagai Khalifah di Bumi


Dalam surah Al-Baqarah ayat 30 kita diingatkan untuk percaya pada qada dan qadr Allah. Allah hendak menjadikan manusia menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Karena Allah tahu potensi yang ada pada diri kita sebagai manusia.

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al Baqarah: 30)

Manusia bisa berpikir, memvisualisasikan sesuatu, merenungkan, membuat gebrakan, memperbaiki sesuatu, yang itu tidak akan dimiliki oleh makhluk manapun di muka bumi ini.

konsep zero waste



Allah hendak memuliakan kedudukan kita. Menjadikan kita manusia pilihan. Dan tugas kita dalah meyakini hal itu dan berusaha untuk menjadi hamba yang Allah mau.

Pilihan ada ditangan kita, mau jadi PEMAIN atau PENONTON setia? Ingat.Seluruh amalan kita akan dipertanggung-jawabkan di yaumil hisab. Siap bertanggung jawab dengan SAMPAH-mu?

Well, itulah jawaban atas satu pertanyaan tentang “kenapa memilih untuk memutuskan ber-zero waste?” Masih ada 2 pertanyaan tentang zero waste yang belum terjawab. Next artikel akan Saya paparkan hal apa saja yang sudah Saya lakukan untuk ber-zero waste di rumah.

Oiya Saya punya bonus video liputan dari LabTanya tentang 'orang sekampung' yang sudah mempraktekkan zero waste. Barangkali masih banyak pertanyaan tentang zero waste yang bergumul di kepala. hehe. Daripada makin penasaran, tinggal diputer aja ya! See ya~


Related Posts

5 comments

  1. Wah insightful sekali mbak tulisannya. Dan, aku juga miris melihat kondisi lingkungan yang kumuh. Ada yang memang mulai sadar dan peduli, tapi lebih banyak yang belum teredukasi tentang sustainable living dan zerowaste lifestyle ini...

    Btw, aku juga udah move on dari pembalut sekali pakai lo, demi mengurangi sampah. Seneng gitu rasanya :"

    ReplyDelete
  2. jadi inget pemabahasan zero waste beberapa tahun lalu. penuh perdebatan ni kalo pas pembahasan ini. tapi emang bener-bener bagus kalo diterapin

    ReplyDelete
  3. Sampah itu merupakan masalah besar, tetapi sangat bisa diatasi dengan kesadaran masing-masing. Dimulai dengan buang sampah pada tempatnya, lalu dilanjut dengan program zero waste ini.

    ReplyDelete
  4. Benar2 memberi pelajaran&pemahaman mb tulisannya...hati jd tergerak ingin segera memulai mengurangi sampah

    ReplyDelete
  5. saya sangat mengapresiasi ke orang dengan gaya hidup zero waste / meminimalkan sampah dimanapun dia tinggal..lebih salut lagi kalau bisa menjadi motor/penggerak lingkungan sekitar agar membersihkan lingkungan sekitar bersama warga..

    ReplyDelete

Post a Comment