oktaviawinarti.com

Tulisan Ter-Nggak Ngonsep

2 comments
Konten [Tampil]

Rasanya udah lama banget nggak nulis di blog. Literally di blog.

Banyak hal yang ingin Aku tuangkan di sini. Banyak banget. Termasuk tentang keresahanku untuk fokus memperjuangkan hal yang esensial dalam hidup.

Kemarin sore pas cuacanya lagi mendung bin syahdu (seperti hari ini), Aku tergerak untuk membuka lembaran buku digital di laptopku. Aku membaca sebuah buku karya temanku. Di situ Aku merasakan secercah harapan dan ke-optimisan menjalari tubuhku.

Aku pun berselancar lagi di depan laptopku. Membuat pertanyaan di kolom pencarian mbah Google. Aku mengetikkan kalimat: Penerbit mayor di situ. Lalu keluarlah beberapa postingan tentang penerbitan mayor di Indonesia.

Aku membuka salah satu postingan di situs quora. Menarik! Lontarku seraya membaca jawaban atas pertanyaan yang menggelayut di pikiranku.

Aku menyortir jawaban yang masuk akal dan menarik perhatianku. Ada jawaban yang sangat detail yang diungkapkan oleh salah seorang pengguna Quora. Ternyata doi juga seorang blogger dan reviewer film.

Aku membaca tulisannya yang sangat panjang dan detail. Tulisan itu merinci poin per poin sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Memberikan pesan bahwa setiap orang itu punya kesempatan yang sama untuk dikenal menjadi seorang penulis. Tapi yang membedakannya adalah kualitas. Ada tempaan dan ujian yang perlu dilalui untuk menciptakan sebuah tulisan yang matang.

Resep seorang penulis agar menghasilkan tulisan yang enak dibaca adalah 'menulis'. Sering-seringlah menulis. Apapun bisa kita tulis. Kalau kata Coach Marita: Bumbatabuha. Buka mata, buka telinga, dan buka hati. Indera kita yang sempurna ini adalah manifestasi yang mewah sekali untuk dimanfaatkan.

Apapun yang bisa kita lihat, bisa menjadi sumber inspirasi. Melihat status teman di WA story, melihat anak kita yang sedang rajin ngoceh, melihat kekonyolan pasangan, melihat kajian atau video random di youtube. Intinya, semua bisa menjadi input untuk direkam dan diproses menjadi sebuah tulisan.

Aku pernah menuliskan sesuatu tentang bocah tengil di kosanku saat Aku masih kuliah dulu. Darinya, Aku bisa menuliskan beberapa ratus kata soal keluarga dan pengasuhan. Entah bagaimana caranya, inspirasi itu hadir dan membuatku tergugah untuk menuliskannya.

Then, buka telinga. Banyak-banyaklah mendengarkan. In case dengerin hal-hal yang bermanfaat ya. Kalaupun nggak banyak yang bisa didengerin, berusahalah untuk mendengarkan orang lain saat berbicara. Pembicaraan dalam geng main bisa jadi salah satu bahasan yang menarik untuk diulik kalau kita punya sense yang baik dalam mendengar dan meramu sebuah ide.

Ide dari mendengarkan curhatan teman itu bisa jadi bahan baku untuk membuat sebuah karya. Jangan salah ya Sobi! Bukan bermaksud untuk mengungkap tabir atau aib seseorang, tapi ambillah pelajaran atau sesuatu yang membuat empati kita terasah. Membuat hati kita terpaut saat menuliskannya, seolah-olah kita sedang mengalaminya.

Menuliskan apa yang kita dengar bisa melatih indera-indera kita bekerja lebih cekatan. Mata, telinga, dan hati itu terpaut loh. Apapun yang kita lihat dan kita dengar, bisa diterjemahkan oleh hati. Mungkin bisa juga berbeda, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki.

Bahkan seseorang bisa tegelincir jika tidak mengoptimalkan ketiganya untuk berbuat kebaikan. Memang sejatinya seluruh indera ini akan dimintai pertanggung-jawaban juga bukan? So, gunakan dengan bijak.

The last, buka hati. Aku percaya sih, sesuatu yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati. Jadi, sering-seringlah berempati. Ke pasangan, anak, orangtua, kakak, adik, sahabat, saudara, tetangga, musuh, pembenci, dan sebagainya.

Mengasah hati agar kehadirannya bisa bermanfaat dan membuat iman kita bertambah. Rasa sayang kita berlipat ganda, rasa menghargai dan menghormati sesama kita turah-turah, bersyukur dengan apa yang kita miliki dan apapun yang akan kita hadapi.

Bumbatabuha, Mantra yang bisa bikin kita nagih dan nagih lagi untuk menulis.

Well, perjalananku memang masih sangat panjang. Mimpi-mimpiku masih perlu untuk ditata agar jalannya tidak berkelok-kelok. Agar ia benar-benar jadi nyata untuk diwujudkan.

Menulis jadi jalan yang kupilih untuk menyampaikan sedikit yang Aku tahu dalam kehidupan ini. Memang bukan hal yang luar biasa. Tapi yang biasa ini semoga menjadi pijakan untuk Aku pribadi agar bisa berproses lebih baik lagi.

Menulis bukanlah hal yang luar biasa. Semua orang bisa melakukannya. Termasuk Sobi. Tapi...pastikan yang kita tulis ada manfaatnya, ada satu kebaikan yang bisa diambil oleh pembaca tulisan kita.

Hmmm, untuk mengakhiri tulisan ini. Aku mau nyampein ke Sobi bahwa beberapa bulan ini Aku sedang tidak fokus. Bahkan untuk menulis pun Aku tak mampu.

Aku kangen banget nulis seperti ini. Saat Aku nggak perlu mikirin praktik SEO atau outline dan sebagainya. Nulis sesuka hatiku. Nulis apapun yang ada dalam  pikiranku. Nulis untuk berbagi sedikit manfaat meskipun ada curcolannya juga. Ha ha.

Semoga munculnya tulisan ini jadi pertanda baik untuk kesehatan blog ini. Kasihan udah lama ditinggal pemiliknya. Bismillah Laa hawlaa wala quwwata illa billah. Semoga Allah memampukanku lagi untuk menulis. The war will begin. Hehehe.

Related Posts

2 comments

  1. sebenernya nulis gak terkonsep ini kadang-kadang malah disebut ide emas. ya emang gak semuanya sih, tapi menurutku nulis gak terkonsep bisa ngebantu ide dikepala untuk menemukan rumahnya..

    ReplyDelete
  2. syi ar ga selalu harus di majelis, sebagai blogger kita juga bisa berbagi ilmu apapun yang sekiranya bermanfaat. apalagi blogger yang penguasaan SEO nya sudah tingkat tinggi , maka menulis apapun akan berpeluang terindex dan pasti dibaca oleh pengunjung yang datang dari pencarian Google

    ayo semangat ngeblog lagi mba Okta

    ReplyDelete

Post a Comment