oktaviawinarti.com

Writing for Healing: Cara Membahagiakan Diri Sendiri

Konten [Tampil]
Cara membahagiakan diri sendiri



Hai Sobi! Beberapa waktu yang lalu Saya pernah menulis alasan Saya menulis di blog ini. Nah salah satunya adalah untuk merefleksikan diri lewat tulisan. Nah ini tuh bagian dari terapi mandiri yang Saya jalani. Saya mau kasih tips nih untuk membahagiakan diri sendiri lewat menulis. Istilahnya adalah writing for healing.

Nah bahas healing kayaknya seru juga yaa apalagi sedang hype hehe. Tapi apa hubungannya dengan menulis untuk membahagiakan diri sendiri? Kali ini Saya akan tilik satu per satu mulai dari apa itu healing, kemudian cara membahagiakan diri sendiri dengan menulis, dan teknik menulis untuk menyehatkan jiwa.


Healing

Healing itu secara harfiah adalah upaya penyembuhan, pengobatan, dan tindakan memperbaiki. Tujuan healing adalah agar kita bisa sehat. Sementara sehat itu apa sih?

Menurut WHO sehat itu adalah suatu kondisi atau keadaan mental, fisik, dan kesejahteraan sosial yang menjadi satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Health is defined as a state of complete physical, mental, and social wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity. (WHO)

Kalau diliihat dari definisi sehat versi WHO di atas, sehat itu bukan cuma diidentikan dengan 'kondisi fisik'. Tetapi juga kondisi secara mental dan sosial. Secara mental, kita dapat berpikir dengan jernih, mampu mengekspresikan emosi kita dengan baik, dan mengekspresikan rasa syukur kita terhadap pencipta (spiritual).

Sementara secara sosial, kita bisa berinteraksi dan menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.

Dikatakan sehat juga ketika kita mampu beradaptasi dengan tekanan sosial dan menyelesaikan masalah yang ada, mengenali potensi diri, aktif berkontribusi di komunitas, dan mampu mengelola stres dan emosi negatif.

Nah, dilihat dari tujuannya, apakah healing kita selama ini sudah tepat? Apakah healing yang kita lakukan membuat kita menjadi sehat? atau membuat kita malah nambah stres? Itu perlu dipertanyakan pada diri sendiri.

Sobi pasti sering melihat banyak fenomena healing yang tidak tepat, salah satunya liburan untuk healing. Pertanyaannya apakah liburan itu bisa bikin masalah kita selesai? atau cuma bikin feel better aja?

Menurut Saya, liburan itu tidak termasuk healing. Itu hanya membuat kita merasa tenang untuk sesaat tapi tidak menyembuhkan. Contohnya ketika kita terluka, kemudian kita makan eskrim agar kita tenang. Sesungguhnya eskrim itu hanya membuat kita teralihkan untuk sesaat. Eskrim yang kita nikmati itu tidak benar-benar menyembuhkan luka kita.

Manusia itu diciptakan Allah dengan sangat luar biasa, sehingga tubuhnya pun diberi kemampuan untuk sembuh dari luka (jiwa). Dengan self healing (penyembuhan mandiri), sebenarnya kita bisa menyembuhkan diri sendiri tanpa bantuan dari psikolog, psikiater, atau terapis. 

Tapi ini juga perlu dilihat dari derajat stres/depresi/trauma yang kita punya. Karena kondisi setiap orang itu beda-beda. Kalau kondisinya berat dan nggak bisa ditangani sendiri, ya kita butuh pertolongan dari ahli.


Cara Membahagiakan Diri Sendiri dengan Menulis

Dalam ilmu psikologi, ada cara menulis yang dapat menyehatkan jiwa. Apa tuh? Hehe. Jadi menulis yang menyehatkan jiwa ini biasa disebut dengan menulis ekspresif.

Jadi menulis ekspresif adalah kegiatan menuliskan semua pemikiran, pengalaman, dan perasaan sejujur-jujurnya yang muncul setelah mengalami stres/depresi/trauma. 

Kita menulis secara detail bagaimana peristiwa itu terjadi dan menggambarkan semua aspek yang terlibat saat pemicu stres terjadi. Bukan sekedar cerita tentang peristiwanya, tapi kita bisa menyampaikan pengalaman emosi yang negatif dan positif dalam tulisan.

Teknik menulis ini bisa dilakukan oleh siapa saja yang bisa baca tulis dan tidak perlu memiliki bakat untuk menjadi pernulis. Ini merupakan teknik menulis untuk diri sendiri. Menuliskan perasaan, pemikiran, serta pengalaman kita. 

Dengan menulis ekspresif, itu menjadi sarana kita untuk self healing, kegiatan yang bisa menyembuhkan. Namun tidak hanya itu, kita juga lebih tahu emosi kita, bagaimana cara merilis emosi yang baik sehingga tidak sekedar healing saja. Bonusnya, kita jadi lebih mensyukuri nikmat yang diberikan Allah. Allah nggak akan segan memberikan kebahagiaan untuk hambanya yang mau bersyukur.

Teknik Menulis Untuk Menyehatkan Jiwa


Sebenarnya kenapa sih ada menulis ekspresif?

Seorang yang pertama kali mengenalkan istilah ini dalah Prof James Pennebaker dari Universitas Texas. Sewaktu Prof ini masih SMA, ia pernah mengalami trauma dan tidak berani menceritakan traumanya tersebut kepada siapapun.

Dia memendam sendiri dan akhirnya saat kuliah, efeknya terasa sangat menggangu kesehatannya secara mental dan fisik. Kondisi ini semakin parah karena ia juga penderita asma.

Sehingga ia pun meneliti ini bertahun-tahun kenapa ini bisa terjadi dan bagaimana agar ia bisa keluar dari kesusahannya tersebut. Ia merutinkan menulis ekspresif dam hasilnya setelah melakukan percobaan secara konsisten, mentalnya berangsur pulih. Ia menjadi lebih tenang. Asmanya juga tidak sering kambuh. Menulis ekspresif dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya.


Terus apa bedanya menulis ekspresif dan menulis biasa?

Perbedaan menulis ekspresif dengan  menulis biasa itu diantaranya:

  • Kita tidak perlu mementingkan kaidah bahasa atau PUEBI. Karena nggak ada penulisan baku dalam tata bahasanya. Pokoknya menulis aja dengan mengalir. Tabrak deh aturan-aturan bakunya.
  • Kita fokus pada emosi yang kita rasakan. Ekspresikan sejujur-jujurnya. Saat kita marah, malu, kecewa, sedih. Tuliskan emosinya dalam tulisan.
  • Menggambarkan semua aspek. Kita dapat menggambarkan kejadian secara spesifik. Pikiran kita bagaimana, perasaan saat itu gimana. Semakin spesifik maka semakin baik karena membantu kita mengelola emosi lebih baik.
  • Menulis untuk diri sendiri. Tidak untuk di-publish. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kenyamanan diri. Menulis ekspresif adalah ajang berbicara pada diri sendiri dengan sejujur-jujurnya. Kalau kita mengekspresikan tulisan di medsos, kita tuh pengennya faking good. Pasti ada kata-kata yang kita re-make, kita poles supaya keliatan 'wah'. Saat kita menaruh curhatan itu di medsos, jangan kaget kalau ada yang nyinyirin atau kontra. Jadinya bukan untuk rilis tapi bikin nambah emosi.

Kelebihan Menulis Ekspresif

Menulis ekspresif ini cocok untuk orang-orang introvert, yang susah bercerita pada orang lain. Biasanya laki-laki yang nggak banyak curhat ya? Kemudian ini juga cocok buat yang merasa nggak ada tempat curhat yang aman untuk dirinya.

Saat nggak ada tempat curhat dan nggak tahu harus cerita kesiapa. Kita tuangkan saja emosi itu melalui tulisan. Segala marah, kecewa itu ditulis sejujur-jujurnya. Luapkan saja semua dalam tulisan.

Nah akan jauh lebih baik menggunakan alat tulis. Sediakan buku dan pulpen untuk menulis. Karena ini bisa jadi katarsis (terapi meluapkan emosi).Tulis sampai benar-benar rilis semua emosinya, lega. Kertasnya pun boleh dibakar, disobek, dihilangkan, atau disimpan.

Dengan menulis ekspresif, pikiran yang tadinya kacau bisa terurai, kita juga lebih memahami diri sendiri, mengubah sudut pandang kita menjadi lebih rasional, serta dapat mengelola emosi dengan lebih baik.


Cara menulis ekspresif

Yang pasti untuk memulai menulis, kita kudu cari waktu dan tempat paling tepat, yaitu ketika emosinya sedang bergejolak. Kemudian kita tulis semuanya! Jujur, nggak boleh ada yang ditutup-tutupi.Kalaupun mau berkata kasar. Gas!!

Sesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Kalau emang traumanya berat, jangan diteruskan. Bisa dilanjutkan di lain waktu. Tapi jika benar-benar tidak bisa menuliskannya, kita bisa panggil ahli karena artinya tingkat kecemasan/depresi/traumanya sudah berat.

Sediakan waktu 15-30 menit selama 4 hari berturut-turut untuk merutinkan agar lebih terasa efeknya. Tapi ini bisa kembali pada kebutuhan masing-masing dan lakukan sebelum tidur.

Dan yang terakhir, karena menulis ekspresif ini ditujukan untuk diri sendiri. Maka ini perlu direfleksikan. Buat pertanyaan untuk diri sendiri, kenapa tadi Saya marah? gimana supaya hal seperti itu tidak terulang lagi di kemudian hari?

Nah...sebenarnya cukup simple ya kalau dilakukan dengan telaten dan punya 'strong why', kenapa perlu melakukan writing for healing dengan cara menulis ekspresif.

Kunci utamanya adalah jujur pada diri sendiri, sadari perasaan, kemudian tuliskan. Orang-orang yang konsisten dan suka keteraturan  juga bisa menulis teknik ini dalam bentuk jurnal syukur. Intinya menulis senyamannya kita aja.

Dan kita juga perlu ingat bahwa yang bisa menyembuhkan kita dari segala penyakit hati adalah Allah azza wajalla. Kemudian kita sebagai bentuk pertolongan pertamanya.

Semoga teknik menulis ekspresif ini bisa menjadi salah satu cara untuk membahagiakan diri sendiri ya Sobi! Kebahagiaan itu bukan pemberian, tapi kita yang ciptakan! Semangat Sobi :D

Referensi:
Go Live Teh Surayya Hayatussofia - Buncek Batch 3
Sharing Komunitas Nata Diri
Pijar Psikologi








Related Posts

Post a Comment