oktaviawinarti.com

Sebuah Keluarga: Tempat Pulang, Berlindung, dan Berbagi Kehangatan

Konten [Tampil]

Sebuah keluarga


"Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga, puisi yang paling bermakna adalah keluarga, mutiara tiada tara adalah keluarga," Wah Sobi jadi ikutan nyanyi ya? Kalau bahas tentang sebuah keluarga pasti soundtrack yang paling pas dan banyak dicari ya ini. Hehe

Sebuah keluarga menurut KBBI merupakan ibu dan bapak beserta anak-anaknya, orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, sanak saudara, dan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Menurut pengertian ini sangat jelas ya bahwa keluarga itu adalah lingkup terkecil dari masyarakat yang isinya ada ibu, ayah, dan anak dan memiliki kekerabatan yang dekat.

Karena keluarga itu mulanya dari sebuah pernikahan. Maka sudah sepatutnya orang yang ingin berkeluarga atau memiliki sebuah keluarga dianjurkan untuk menikah. Secara rasional kita bisa tarik kesimpulan seperti itu.

Tapi pernikahan yang kaya gimana yang bisa bikin keluarga bahagia? Tentu pernikahan yang bahagia dong.So, sebelum bahas jauh tentang keluarga. Kita perlu menuntaskan pemahaman kita tentang menjalani pernikahan.

Keluarga Bahagia

Dalam Islam, pernikahan itu sangat sakral hingga disebut dengan perjanjian yang agung atau mitsaqan ghalidza. Sebagaimana firman Allah dalam Qur'an Surah An-Nisa ayat 21.

وَ كَيۡفَ تَاۡخُذُوۡنَهٗ وَقَدۡ اَفۡضٰى بَعۡضُكُمۡ اِلٰى بَعۡضٍ وَّاَخَذۡنَ مِنۡكُمۡ مِّيۡثَاقًا غَلِيۡظًا‏

Artinya: "Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu."

Pernikahan disejajarkan kedudukannya dengan perjanjian Allah dengan para Nabi Ulul Azmi dan perjanjian antara Bani Israil dan Allah. Hal ini menjadikan pernikahan dalam Islam bukan hal yang ecek-ecek atau bisa bermudah-mudah dalam menjalaninya. Ada hukum-hukum dalam Islam yang membahas secara khusus tentang pernikahan. Sepaket pula dengan hukum keluarga dan pengasuhan.

Menikah itu merupakan ibadah seumur hidup. Nggak ada wisudanya. Dengan begitu, sebuah pernikahan perlu dilandaskan dengan pedoman agar kita bisa tahu 'akhirnya'. Sumber hukum tertinggi dalam Islam yaitu Al-Qur'an dan As-sunnah.

Hal ini menjadi penting karena orang yang mengaku ber-Islam perlu landasan untuk menjalani kehidupan rumah tangganya. Dan 2 sumber itu merupakan AD-ART yang wajib untuk dimengerti dan dipatuhi aturannya.

Berdasarkan penuturan dari Ustadz Khalid Basalamah pada suatu kajian, beliau menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar kehidupan pernikahan itu berjalan sesuai dengan prinsip Islam. Saya mau highlight 2 hal yaitu:

1. Memiliki pandangan bahwa menikah itu adalah ibadah

Semua pekerjaan dalam pernikahan adalah ibadah. Mencari nafkah dan memberi makan untuk keluarga terhitung ibadah. Memberikan hadiah kepada istri dan anak, membelikan pakaian, dan menyediakan tempat tinggal yang layak terhitung ibadah. Memenuhi kebutuhan biologis istri juga ibadah.

Hamil, melahirkan, dan mengasuh anak merupakan ibadah. Mengurus pekerjaan rumah tangga dan mengatur keuangan keluarga termasuk ibadah. Menjaga kehormatan keluarga dan menutup aibnya juga merupakan ibadah.

Semua itu dilandaskan dengan penghambaan terhadap Allah. Sebab Allah yang menakdirkan itu sebagai ritual panjang yang bernilai pahala bagi siapapun yang dikehendaki-Nya.

2. Menjalankan hak dan kewajiban sebagai suami dan istri

Orang yang paling baik pada istrinya adalah Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam. Beliau adalah role model pertama yang perlu kita tiru apabila kita ingin memiliki hubungan pernikahan yang awet dan diridhoi oleh Allah. 

Nabi selalu mencontohkan bagaimana beliau memperlakukan istri-istrinya. Beliau memiliki akhlak yang mulia. Tidak pernah kasar bahkan menyakiti hati istri-istrinya. Oleh karena itu, kita perlu menjadikan kisah rumah tangga nabi sebagai acuan untuk menjalankan hak dan kewajiban sebagai pasangan suami istri.

Banyak diantara kita yang terjebak dengan romansa rumah tangga artis atau influencer. Padahal sudah jelas ada role model yang paling tepat dan patut untuk dijadikan contoh pernikahan yang diridhoi oleh Allah yaitu kisah rumah tangga nabi dan istri-istrinya.

Disamping itu ada banyak rincian tentang kewajiban dan hak-hak pasangan suami istri dalam sebuah pernikahan. Sobi bisa searching sendiri yaa detailnya seperti apa. Hehe Kalau Saya biasa mencari rujukan dari Almanhaj dan Rumaysho.

Makna Sebuah Keluarga Bagi Seorang Okta

Keluarga bagi Saya adalah tempat pulang, tempat berlindung, dan tempat berbagi kehangatan. Ketiga hal itu yang membuat Saya merasakan kehadiran sebuah keluarga dalam kehidupan. 

Sebelum menikah, pengetahuan Saya tentang makna keluarga masih sangat terbatas. Saya kurang merasakan kehadiran keluarga yang semestinya. Bagian ini akan Saya bahas pada artikel selanjutnya.

Setelah menikah, keluargalah tempat Saya mencurahkan segalanya. Kebahagiaan Saya, kesedihan Saya, ketakutan Saya, harapan Saya, semuanya. Saya tidak pernah sedikitpun merasa ada tembok penghalang yang menyebabkan Saya tidak nyaman untuk mengekspresikan sesuatu.

Kuncinya adalah komunikasi. Mudah ya? Untuk Saya pribadi sangat tidak mudah. Saya perlu belajar untuk mendengarkan orang yang setiap hari berinteraksi dengan Saya, yaitu Pak Suami. Di awal Saya masih agak canggung, karena perkenalan kami yang begitu singkat. Tapi lama-kelamaan, Saya bisa menyesuaikan diri dan belajar untuk memahami gaya komunikasi suami.

Pada artikel sebelumnya yaitu profilnya Mbak Etha, Saya pernah menuliskan pesan personal dari Mbak Etha sebagai bekal menjalani pernikahan. Menurut Saya itu sangat bermanfaat untuk menguatkan bonding dalam keluarga, khususnya untuk pasangan suami istri. 

Kita butuh saling menguatkan iman, berkomunikasi secara efektif, dan terbuka (saling menunjukkan sikap keterbukaan dalam semua aspek). Ketiga hal ini masih menjadi PR untuk kami sekeluarga agar penikahan ini tidak hanya bahagia di dunia tapi juga di akhirat.

Keluarga sebagai Rumah Tempat Pulang

Tempat pulang yang Saya maksud ini adalah tempat melepaskan penat dan segala hal yang menjadi beban pikiran. Setelah menjalani hari yang melelahkan, fungsi keluarga menjadi penting sebagai 'oase'' yang menyegarkan hati dan pikiran. 

Keluarga bisa menjadi sumber semangat dan mood booster Saya. Episode dalam hidup itu kan nggak pernah bisa diprediksi ya. Ada saja hal yang nggak masuk dalam perhitungan dan efeknya bisa mempengaruhi keadaan jiwa, mental, dan fisik kita. Mak a itu, butuh peran keluarga untuk menyediakan tempat kembali, tempat pulang yang selalu dirindukan.

Saya pernah melalui hari-hari yang berat, menyita waktu dan pikiran. Suami dan anak Saya-lah orang pertama yang mengembalikan mood, menjadi penyemangat untuk bangkit, dan bergerak maju. Saya punya tempat untuk mengistirahatkan diri dari segala beban, ekspektasi yang ketinggian, dan hal-hal sempat mengecewakan.

Keluarga sebagai Tempat Berlindung

Ada kalanya Saya merasa butuh rasa aman dan perlindungan. Ketika takut, nggak tahu harus minta pertolongan ke siapa, bingung untuk menjelaskan apa yang membuat diri merasa insecure, keluarga menjadi alternatif yang tepat untuk mengadu.

Sebetulnya, ada Allah sebaik-baik penjaga dan tempat untuk berlindung. Ada Allah tempat untuk meminta pertolongan dan tempat mengadu. Kita bisa mengikhtiarkan pertolongan dari langit dengan berdoa kepada Allah. Dan Allah tidak bisa dibandingkan dengan makhluk. Jadi, berbeda antara meminta perlindungan kepada Allah dan meminta perlindungan dari manusia.

Saya ingin menekankan hal itu, karena takut ada salah faham. Kita sebagai manusia wajar jika ingin dilindungi, dijaga kehormatan diri dan hak-haknya. Dengan menjadikan keluarga sebagai poros pelindung dari berbagai macam 'gangguan luar', artinya kita menaruh kepercayaan pada keluarga untuk membantu kita melalui gangguan itu.

Keluarga sebagai Tempat Berbagi Kehangatan

Keluarga merupakan tempat berbagi kehangatan. Ini hal yang ingin Saya highlight. Selain menjadi rumah untuk pulang dan tempat berlindung, keluarga juga menjadi ladang kebahagiaan. Yang mana anggotanya merasa saling memiliki, saling bergantung, dan saling mencintai karena Allah.

Saya yakin bahwa keluarga merupakan kerabat yang akan kita temui pertama kali ketika berada di syurga nanti. Keluarga perindu syurga adalah keluarga yang merindukan pertemuannya kembali di syurga karena faham bahwa kebersamaan di dunia tidak kekal. 

Kebahagiaan sesungguhnya baru akan dirasakan di syurga. Maka itu, berbagi kehangatan ketika di dunia yaitu saling menjaga bonding dalam hal ketaatan pada Allah. Saling menyenangkan hati sesama anggota keluarga, memberi hadiah, mengucapkan selamat ketika mendapat pencapaian, saling berkabar meskipun terpaut jarak dan waktu. Susah dan senang dirasakan bersama. Ketika mendapat ujian, mencari solusinya bersama. Ketika ada yang sakit, semua memberikan perhatian dan kasih sayang.

Pada artikel sebelumnya, Saya menuliskan cara meluluhkan hati wanita sebagai upaya untuk menjaga bonding antara pasangan suami istri, maupun hubungan kakak-beradik. Semua bisa diikhtiarkan asalkan kita mengerti bagaimana karakter masing-masing anggota keluarga.

Kita juga perlu untuk selalu memohon perlindungan dari Allah. Karena dengan takdirNya-lah kita ada dan diberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan berkeluarga. Allah sebaik-baik penentu dan  perencana. Maka kita perlu berdoa dan meminta pertolongan agar Allah menjadikan keluarga kita sebagai keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.

Well, Itu makna sebuah keluarga bagi Saya. Tentu berbeda maknanya jika dibandingkan dengan Sobi ya? Eh, atau ada yang samaan nih?Hehe. Semoga yang sedikit ini bisa diambil hikmahnya ya. Ambil baiknya dan buang yang buruknya.

Salam







 

Related Posts

Post a Comment