oktaviawinarti.com

Sobinya Okta: Hidayah. Lekat, Dekat, Tanpa Sekat

3 comments
Konten [Tampil]
Sobinya Okta


Sobinya Okta atau sohibnya Okta adalah nama yang Saya sematkan pertama kali ketika membuat sapaan di blog ini. Kenapa Saya sebut Sobi? Nggak lain karena Saya senang berbagi dengan cara yang tidak menggurui. Layaknya teman, Sobi punya tempat spesial di hati Saya.

Sobinya Okta adalah tamu bagi blog Saya. 
Jendelanya Okta adalah rumah bagi pemiliknya. Sobinya Okta merupakan tamu yang berkunjung ke rumah si empunya blog. Ia datang dengan sebuah pertanyaan di kepala. Tapi, ada kalanya ia hanya datang dan sekedar menyapa. Ada pula yang sengaja bertamu, mulai dari yang sebentar sampai menginap beberapa hari lamanya.

Tamu itu bak raja. Mereka perlu untuk di'notice' kehadirannya.

Sebelum meraba-raba dan berusaha untuk memvisualisasikan gambaran pembaca pada blog ini, Saya bertanya kepada beberapa kerabat dan suami Saya untuk mengetahui sosok Sobinya Okta. Ternyata ada diantara mereka yang membaca blog Saya tanpa berkepentingan alias asal lewat aja. Sampai yang mau mendapatkan informasi bermanfaat di blog ini.

Nah, kali ini Saya mau menceritakan tentang siapa sosok yang biasa membaca lintasan atau gagasan pikiran sampai hamparan makna dalam blog Jendelanya Okta.

Pembaca blog Jendelanya Okta adalah seorang yang sangat menyukai ilmu dan hikmah. Ia suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan value kehidupan. Apapun peristiwa atau kejadian dalam kehidupan, dimaknai sebagai sebuah pelajaran dan pengalaman yang berharga.

Nama Persona

Sobi kenthel Jendelanya Okta adalah Hidayah. Dialah yang mewakili orang dibalik persona pembaca atau Sobinya Okta. Kenapa sih namanya Hidayah?

Visualisasi

Doi adalah wanita yang sudah berhijab. Mengenakan pakaian yang menutupi dada dan berusaha sebisa mungkin agar auratnya terjaga. Meskipun terkadang doi sering khilaf, tapi doi masih berusaha untuk berubah ke arah lebih baik. Tumbuh senti se-senti menjadi pribadi yang taat dan dekat dengan kebenaran.

Hidayah sudah menikah dan memiliki anak. Sehingga lebih sering berpenampilan apa adanya. Nggak suka menampilkan diri secara berlebihan dan seringkali mempermudah penampilannya dengan gamis sekali pakai dan kerudung bergo.

Ketika doi masih jomblo, doi punya semangat yang tinggi untuk belajar kehidupan, termasuk soal perempuan, pernikahan, dan pengasuhan. Bukan karena iseng, tapi keadaan yang menuntut itu semua dan doi perlu melakukan evaluasi terhadap hidupnya.



Jendelanya Okta

Deskripsi

  • Nama: Hidayah
  • Usia: 27 tahun
  • Domisili: Semarang
  • Latar belakang pendidikan: Sarjana
  • Pekerjaan: Ibu rumah tangga
  • Status: Menikah
  • Gaya Hidup: suka merenung, suka jalan-jalan, lebih sering masak sendiri tapi kalau dikasih libur masak mah nggak nolak, hemat, suka jajan, nggak pake ribet, sederhana
  • Value/Prinsip: berbagi is a must, belajar dan belajar, prepare for the worst
  • Hobi:menulis, ngobrol, dengerin orang lain, nyanyi, dengerin podcast
  • Sosial media yang digunakan:instagram, twitter, facebook, youtube

Baca Juga
: Memasang Top Level Domain: Langkah Awal Menjadi Profesional Blogger

Tujuan Hidup Hidayah


Menjadi sebaik-baik manusia dengan belajar ilmu wajib (agama) dan berbagi manfaat untuk orang lain.

Perilaku


Hidayah adalah tipikal orang yang nggak gampang puas dengan pencapaian. Doi bakalan terus belajar sampai liang lahat. Itu adalah modal awal seorang pembelajar.

Tujuannya menuntun pada hasrat untuk terus tumbuh. Sekencang apapun angin yang menerjang, doi bakalan labas aja.

Doi juga selalu berusaha untuk mejadi versi terbaik diri. Nggak gampang insecure apalagi takut dengan tantangan. Hidayah adalah orang yang peka dengan setiap ‘sinyal’ semesta. Doi bakalan langsung menunjuk diri kalau ada sesuatu yang terjadi, apapun yang terjadi pada dirinya. Nggak nunjuk orang lain atas kesalahan atau kesialannya. Doi lebih suka introspeksi diri.

Hidayah memang bukan ibu yang sempurna, tapi doi bakalan berusaha semaksimal mungkin untuk jadi orang yang punya peran dalam kehidupannya. Entah itu buat keluarga, sahabat, orang-orang lemah, dan siapapun yang bisa dia berikan manfaat.

Hidayah juga mudah termotivasi dari dalam diri. Doi bakalan jadi lebih pro-aktif dalam segala hal kalau doi tahu keutamaan dari suatu hal. Doi bakalan terus istiqomah, meskipun terkadang sering terseok dalam perjalanan.


Obrolan


Menjadi ibu baru memang bukan hal yang mudah karena itu adalah peran baru dan perlu adaptasi untuk mulai menerima keadaan dan mulai sesuatu tanpa ekspektasi berlebihan.

Ketika tahu akan menjadi ibu, Hidayah getol belajar sehingga obrolan dalam lingkaran pertemanannya lebih kepada konsep diri, persiapan menjadi ibu, tapi jarang menguliti bagian lain yang juga penting seperti komunikasi dengan pasangan.

Hidayah bukan orang yang lurus-lurus banget, tapi doi berusaha untuk nggak berbelok dengan menempatkan dirinya di lingkungan yang baik dan bikin doi lebih tenang dalam berucap dan bersikap.

Ketika menjadi seorang istri dan ibu, doi bakalan cepet frustated kalau nggak ada pelampiasan yang pas untuk mengeluarkan uneg-unegnya. Sehingga doi bakalan nyari komunitas yang tepat untuk menyalurkan segala potensinya.

Bakalan mati gaya kalau harus berkutat dengan kegiatan yang monotan dan nggak ada challenge-nya. Maka, doi berusaha untuk melibatkan diri dalam aktifitas yang kaya makna dan kaya manfaat. Karena doi yakin kalau doi nggak sendiri. Pasti banyak orang yang ngerasain hal yang serupa. So, berkumpul dengan orang yang satu frekuensi bisa melejitkan potensinya dan membuatnya lebih berharga.

Obrolan soal pernikahan, pengasuhan, manajemen rumah tangga, perdapuran, dan segala hal teknis di dalamnya menjadi keseharian doi. Nggak bisa dipungkiri kalau ada beberapa hobi yang dulunya pernah diasah, kini tumpul karena sekarang nggak rajin diasah. Salah satu cara agar doi nggak berjalan mundur adalah dengan meningkatkan kapasitas skill di bidang yang diminatinya.

Baca Juga: Aurel Melahirkan, Aku: Flashback Jadi New Mom

Empatiku terhadap Hidayah

Persona Pembaca Jendelanya Okta


Pola pikir dan perasaan

Menjadi perempuan itu bukan hal mudah. Karena setiap fase kehidupan dalam dunia perempuan itu punya tantangannya sendiri. Hidayah punya persepsi di setiap fase perubahan peran dalam diriya.

Ketika menjadi istri, doi bakalan habis-habisan belajar caranya menjadi istri yang dicintai suami. Doi bakalan mengerahkan seluruh inderanya agar sungguh-sungguh mengejar ridho suami. Tapi ada kalanya, doi juga dihadapkan pada perbedaan yang membuatnya perlu beradaptasi. Doi perlu menyesuaikan diri dan menerima setiap perbedaan yang ada dengan mempelajari ilmu yang relatable dengan kejadian saat ini.

Ketika menjadi seorang ibu, doi bakalan mengejar indeks prestasi paling tinggi sebagai ibu yang cekatan. Pintar mengelola rumah tangga, mendidik anak, dan melayani suami. Paket komplit, dan semua perlu untuk dipelajari.

Bukan nggak mungkin itu bisa dilahap dalam sekali suapan. Tapi dengan langka kecil dan berdampak, doi bisa mengukur pertumbuhannya setiap hari. Nggak mengecilkan setiap langkah yang diambil, tapi lebih banyak retrospeksi. Melihat ke belakang, bagaimana perjalannya selama ini.

Sebagai seorang perempuan, Hidayah mudah baper. Tapi itu bukan menjadi kelemahan atau kekurangan. Tapi sesuatu yang sangat doi syukuri. Doi jadi lebih peka terhadap sesuatu hal dan dapat membaca sesuatu yang ganjil. Jiwa jurnalismenya teruji ketika mendapati sesuatu yang nggak tepat pada porsinya.

Hidayah punya kelebihan dalam membaca situasi dan berpikir tentang solusi dengan banyak melihat, mendengar, merasakan, dan mengamati sekitar. Semua terjadi bukan karena suatu kebetulan. Tapi itu adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang perlu dibaca dan dimaknai dengan kesungguhan.


Penglihatan

Hidayah punya mata yang tajam. Bukan soal mata yang bulat dan besar. Hidayah memiliki penglihatan dari berbagai sudut pandang ketika menemui suatu hal. Doi nggak muudah menjustifikasi suatu hal pada keadaan yang nampak saja. Tapi doi berusaha untuk lebih terbuka pada setiap kemungkinan.

Maka jalan ninjanya adalah berteman pada setiap orang. Hidayah suka berkenalan dengan orang baru dan doi terbuka terhadap segala bentuk pertemanan (yang diridhoi Allah).

Yang menjadi point of view-nya ketika berhadapan dengan masalah adalah prinsip hidupnya yang akan menuntun pada solusi terbaik, yaitu Al-Quran.


Keseharian

Ngomongin soal keseharian, Hidayah layaknya orang-orang biasa yang menjalani kehidupannya sebagai ibu rumah tangga. Menjalani tugasnya yang kadang terasa begitu berat jika tidak diiringi dengan syukur dan sabar.

Doi tipikal yang serius tapi santai. Hidayah berusaha menempatkan dirinya sesuai dengan siapa yang diajak bicara. Biarpun masih muda, doi nggak segan untuk mengambil hikmah dari orang yang lebih senior maupun yang ingusan darinya.

Doi berusaha untuk jadi orang yang menyenangkan, meskipun ada satu waktu yang nggak bisa dihindari kalau doi memang lagi nggak baik-baik aja. Doi lebih suka menyembunyikan perasaannya sehingga doi lebih sering disebut ‘sosok yang misterius’.


Impian


Impian Hidayah nggak muluk-muluk. Doi selalu bisa mengasah keberperanannya dalam segala hal. Bisa dibilang doi itu generalis, nggak begitu mumpuni dalam satu bidang. Doi penyuka segala ilmu dan suka mempelajari hal baru.

Maka impian yang selalu diungkapkannya adalah menjadi sebaik-baik manfaat bagi sekitar. Meskipun nggak bisa bantu banyak, tapi doi bisa memberikan sedikit dan berdampak untuk sekitarnya. Salah satunya spread awareness. Doi nggak bakal tinggal diam kalau ada sesuatu yang mengganggu prinsip hidupnya.


Permasalahan

Masalah untuk Hidayah adalah putus dari penjagaan Allah alias dibelokkan dari jalan kebenaran. Oleh karena itu, doi bener-bener concern untuk memperbaiki kualitas diri dari hari ke hari dan mencemplungkan diri ke dalam lingkungan yang sesuai prinsipnya supaya “nggak dapet masalah”.

Implikasi dari masalah itu bakalan berdampak banget terhadap cara doi memandang suatu hal. Dan itu wajib banget ada kunci serepnya.


Pendengaran


Doi ‘terbiasa’ mendengarkan kebisingan. Sesuatu yang bising itu kadang juga mengganggu kalau sudah over (bukan pada kapasitasnya dan doi lalai dari ketaatan).

Kebisingan itu Saya ibaratkan dengan masalah yang menyangkut konsep diri, insekyuritas, anxiety, serta masalah teknis dalam dunia pernikahan, pengasuhan, dan perempuan secara umum.

Pendengarannya akan sangat berguna jika doi bisa mengambil insight dari berbagai percakapan sehari-hari dan itu relate dengan kehidupannya.

Baca Juga: Menyusui itu (Nggak) Gampang!


Summary Analysis


Melihat bagaimana Saya menjabarkan persona pembaca blog dan peta empati, Saya bisa menyimpulkan bahwa Hidayah adalah seorang ibu rumah tangga, berusia 28 tahun, berpendidikan, dan punya gaya hidup yang sederhana.

Hidayah juga sosok yang mau belajar, pejuang yang pantang pulang, suka mencari kebenaran, dan punya wawasan yang luas dalam berbagai persoalan.

Pengalaman menjadi guru berharga untuknya. Hidayah suka menulis dan memikirkan apapun yang ada di kepalanya. Doi bakalan asyik bermain dengan insting dan keberaniannya mengungkap suatu kebenaran.

Nggak takut mencoba dan selalu merefleksikan kehidupannya sebelum melangkah menuju masa depan.

So, itulah persona pembaca 'Hidayah' Sobinya Okta. Mungkin suatu saat, Hidayah bakalan punya temen baru yang lebih asyik dan bisa jadi bagian dari dunianya. Hehe.




Related Posts

3 comments

  1. Pengen deh jadi sobinya hidayah biar bisa ketularan karakter baik-baiknya. Hee. Salam kenal mba Okta ^^

    ReplyDelete
  2. Hidayah, karakter imajiner yang Islami. Enggak pen jauh2 dari syariat ^^

    ReplyDelete
  3. Daftar ah jadi sobinya hidayat biar dapat baik-baiknya nih buat Jelajah Mia

    ReplyDelete

Post a Comment