oktaviawinarti.com

Tantangan 30 Hari Day 11 - Tahap Kepompong Kelas Bunda Cekatan

Konten [Tampil]
jurnal belajar


Hari ini Saya masih beradaptasi dengan ritme ibadah sunnah di bulan ramadhan. Saya memprioritaskan hal-hal yang jarang Saya lakukan pada bulan-bulan biasanya.

Selain untuk menempa diri sebagai insan yang lebih baik dari segi ibadah wajib, Saya juga ingin meningkatkan ibadah sunnah lainnya yang rasanya sudah lama sekali tidak Saya rutinkan itu.

Tahun lalu Saya bebas puasa karena full menyusui Arza yang kala itu masih berusia 1 tahunan. Saya memilih tidak berpuasa untuk memenuhi kebutuhan dasar (ASI) dan meringankan kondisi tubuh Saya yang benar-benar jompo.

Waktu itu rambut Saya rontok parah, badan juga ringkih, kalau membayangkan seperti apa keadaan Saya di bulan ramadhan tahun lalu, rasanya nggak mau balik. Alhamdulillah di bulan ini Saya diberikan kesempatan Allah untuk merasakan kembali kenikmatan berpuasa. Nikmat mana yang kamu dustakan wahai Oktavia?😹

Jadi...Ngapain aja Hari Ini?

Qodarullah, hari ini bangun lebih mundur dari biasanya. Saya bangun jam 03.15 WIB. Untuk mempersiapkan sahur. Bagi Saya yang tidak suka memasak, akan sangat kerepotan. Sebab imsaknya jam 4 lebih seperempat. 

Saya sempat kocar-kacir karena ternyata air galonnya udah mau habis. Kemarin gas, sekarang galon yang hampir habis. 

Jangan ditanya gimana paniknya Saya dan Pak Suami tadi pagi. Auto mengulang serial drama FTV lagi. Udah kesiangan, ditambah baper segala

Saya sih yang baper karena yang salah adalah Saya. Hadeuh.

Akhirnya Saya memasak menu yang gampang dan nggak butuh teknik memasak yang rumitnya bertingkat. Cukup tahu diri aja, Saya memasak sayur asem (lagi). Sementara Pak Suami yang menggoreng tahu crispy. Sebetulnya masih ada sisa pecak ikan semalam. Jadi itu buat kondimen saja.

Setelah melalui 45 menit bersama di dapur, kami pun menikmati hidangan sahur bersama.



Menulis Sistem Kebut Semalam (SKS)

Selama ini Saya menyadari bahwa sistem menulis Saya masih SKS. Menulis insidental alias nggak pake perencanaan.

Saya belum memakai blog planner untuk menyusun apa yang akan Saya tulis hari ini. Mengalir saja seperti air. Apakah Saya bahagia seperti itu? Karena Saya termasuk orang yang santuy, Saya mah bahagia aja menjalaninya. Tapi jadi nggak efektif.

Well, harus Saya akui bahwa menulis secara konsisten tanpa perencanaan yang matang itu kayak kacang lupa kulitnya. Perencanaan itu sebenarnya sudah mencakup 1/3 jalan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Apakah seharusnya Saya perlu planner untuk ngeblog? Dalam hati terdalam Saya ingin berteriak, "Butuh banget!"

Setidaknya planner selama seminggu, nggak harus sebulan. Kita perlu memetakan otak kita untuk berpikir sesuai dengan apa yang direncanakan. Energi kita nggak akan terbuang banyak untuk memikirkan hal di luar planner

Biasanya Saya hanya mengandalkan insting dan mood untuk menulis satu artikel tema bebas. Pernah di suatu hari Saya menulis tentang lirik lagu dan Saya hubungkan dengan bulan puasa ini.

Itu karena Saya sedang suka mendengarkan lagu itu. Pesannya sampai ke hati dan karena itulah Saya tergerak untuk menuliskannya.

Kebut semalem banget emang jadinya. Saya kudu berpikir dan merenung saat itu juga. Hmm padahal bisa direncanakan di hari-hari sebelumnya supaya lebih matang isi tulisannya.

Berbekal pengalaman pribadi dan beberapa sitasi skripsi orang, Saya beranikan diri untuk menulis artikel tersebut. Next, Saya perlu mengatur ulang jadwal menulis Saya dan memetakan apa saja yang ingin Saya tulis. Biar nggak SKS seperti sebelumnya.

Alhamdulillah, hari ini Saya berhasil menulis satu artikel berjudul Keutamaan Orang Lemah Lagi Miskin. Lumayan bisa sekali waktu ngerjain karena Arza tidur siang lumayan lama.

Jangan Jadikan Anak Kambing Hitam Ketidak-Produktifan Kita

Hari ini Pak Suami ada dinas keluar kota. Masyaa Allah, rasanya kayak ditinggal berminggu-minggu (hehe becanda). Saya merasa lebih leluasa untuk mengerjakan ini itu sendirian. Tidak begitu bergantung seperti biasanya. 

Kalau ada Pak Suami, Saya bisa minta bantuin. Hehe :P

Alhamdulillah hari ini bisa ngerjain banyak hal seperti memasak untuk Arza, bermain dan belajar bersama Arza, dan menulis. Kegiatan lainnya di luar prioritas juga kelar. Seperti mencuci baju dan mencuci piring. 

Saya nggak melakukannya sendiri, tapi dibantu jagoan cilik Saya yaitu Arza. Kehadirannya bikin Saya happy sekaligus gemas. 

Doi sering Saya ajak untuk terlibat dalam proses menulis, memasak, mempersiapkan makanan, mencuci, dan lain-lain.

Kehadirannya memberikan warna tersendiri untuk Saya dalam melakukan banyak aktivitas. Seperti kata seorang teman. "Jangan jadikan anakmu sebagai kambing hitam atas ketidakproduktifan kamu,".

Betul memang. Yang patut disalahkan adalah kita yang kurang pandai mengatur waktu. Kita yang kurang bisa mendelegasikan tugas. Kita yang kurang cakap menjalankan apa yang sudah direncanakan.

Yang membuat kita nggak pernah maju dan berkembang jadi lebih baik adalah sering menyalahkan orang lain dan keadaan. Kita perlu ubah mindset itu supaya jadi lebih bertanggung-jawab atas apa yang terjadi dalam hidup kita masing-masing.

Insight

Anak nggak bisa dijadikan excused untuk menunda atau menyelesaikan pekerjaan kita. Justru kehadirannya bisa mewarnai dan memberi makna lebih pada pekerjaan kita.






Related Posts

Post a Comment