oktaviawinarti.com

Teman Dalam Diam [ II ]

Konten [Tampil]

Aku.
Aku yang masih meyakini nilaiku.
Bolehkah kusampaikan ?

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Maha Benar Allah dengan segala firmanNya.
.
Mungkin satu ayat ini belum sepenuhnya memahami keadaanmu?
Ya. Aku tau itu.
Biarlah. Hanya Allah yang memampukanmu.
Dulupun aku berproses agar mengerti makna ayat ini.
Semoga Allah senantiasa mengijabah doaku untuk kemudahanmu memahami perintah ayat ini.
.
Jilbab yang kau kenakan sejak SMP dulu telah memberikanmu perlindungan sampai saat ini.
Jilbab yang kau ulurkan menutupi sebagian dadamu telah membuatmu mudah untuk dikenali sebagai muslimah.
Bersyukurlah wahai saudariku.
Aku sangat senang karena dirimu cukup latihan untuk mengenakan jilbab.
Aku paham betul citramu sungguh memesona.
Aku sangat mengapresiasi kerja keras serta perjuanganmu.
Kau selalu bercerita tentang pencapaianmu serta harapanmu selanjutnya.
Kau berjibaku dengan keadaan yang selalu menyudutkan keluarga kecilmu.
Aku paham betul dengan itu.
.
Tapi untuk saat ini, bolehkah aku menegurmu?
Menegur bukan berarti kamu salah sepenuhnya.
Menegur bukan berarti aku yang tau segalanya. Bukan.
Menegurmu adalah kewajibanku untuk meluruskanmu. Memahami secara utuh seruan dari Tuhanmu.
Apakah aku berusaha menjadi pahlawan untukmu?
Tidak. Karena sejujurnya aku masih belum pantas dikatakan sebagai pahlawan.
Namun, ada sebuah riwayat yang memaksaku untuk melakukan hal yang seharusnya aku lakukan untukmu.
.
Mengingatkanmu meskipun hanya satu ayat adalah kewajibanku.
Meluruskan persepsimu tentang jilbab yang kau tanggalkan ketika jam sibukmu.
Jilbab yang kau korbankan agar pundi-pundimu terisi untuk menganggarkan kehidupan juga keluargamu.
Sungguh, aku telah lalai karena masih belum bisa mengingatkanmu.
Saudariku, jilbabmu adalah mahkotamu.
Jilbabmu adalah cerminan identitas dirimu dihadapanNya.
Kumohon, lapangkanlah hatimu untuk berbaik sangka kepadaNya.

Related Posts

Post a Comment