oktaviawinarti.com

Kesombongan di Masa Muda yang Indah

Konten [Tampil]
kesombongan masa muda yang indah


Baca judulnya Sobi jadi keingetan sebuah lagu populer di era 2000an nggak? Kalau iya, berarti kita hidup sezaman wkwk. Lagu ini tuh kayak menggambarkan kehidupan pra-dewasa yang pastinya akan dan telah dialami oleh semua orang di dunia. Kesombongan di masa muda yang indah, kayak related banget nggak sih dengan kehidupan remaja yang dominan dengan 'masa pengakuan'?

Pada tulisan kali ini Saya mau cerita soal kehidupan remaja-nya Pak Suami yang menurut Saya menarik sekaligus menghibur. Kesombongan ketika memberontak saat MOS SMA, angkuhnya doi saat menantang gerombolan senior, dan butuhnya rasa dihargai sebagai bagian dari perilaku sosial yang dialaminya di masa muda. 

Mendengar ceritanya seperti sedang menikmati serial FTV remaja. Penuh lika-liku dan jadi hal yang menarik untuk diulik dari kacamata pengasuhan masa kini. Wait, sebelum lebih jauh ke arah sana. Saya mau disclaimer dulu. 

*Disclaimer: Saya bukan ahli di bidang parenting, bukan lulusan psikologi, dan nggak bekerja di lembaga yang mengurusi persoalan remaja. Tapi Saya tertarik dengan isu tentang kehidupan remaja. Baik perilaku remaja itu sendiri maupun upaya yang perlu dilakukan orang tua agar baik dalam mendampingi anak di masa remaja.

Nah, berikut ini cuplikan kisah dari penuturan Pak Suami yang bisa jadi related dengan kehidupan masa remaja Sobi semua. Barangkali ada yang pernah punya pengalaman sama dan ngerasa 'INI GUE BANGET!' haha. Yuk kita ulik satu per satu.

Tentang Peer Grup

Sahabat sejatiku

Hilangkah dari ingatanmu

Di hari kita saling berbagi

Dengan kotak sejuta mimpi

Aku datang menghampirimu

Kuperlihat semua hartaku

Kita slalu berpendapat

Kita ini yang terhebat

Kesombongan di masa muda yang Indah

Aku raja kaupun raja

Aku hitam kaupun hitam

Arti teman lebih dari sekedar materi

(SO7 - Sahabat Sejati)

Lah kok jadi lirik lagu? Tenang Sobi. Saya lagi nggak pengen bahas tentang lirik lagu kok. Itu sekedar pengantar aja. Masa remaja itu lekat banget dengan pengaruh peer grup atau teman sepermainan. Makanya seringkali kita lihat di usia tanggung ini, remaja lebih suka berinteraksi dengan teman sebayanya. 

Di masa ini, mungkin kita pernah merasakan kebingungan mau meluapkan perasaan kita kepada siapa. Kita perlu sosok yang hadir membersamai dikala senang, sedih, kecewa, marah, dan sebagainya.

Kebanyakan dari kita tentu lebih memilih teman seumuran untuk menjadi tempat mencurahkan segala isi hati. Karena bahasa kita lebih mudah diterima oleh mereka dan kita merasa senasib sepenanggungan.

Remaja cenderung melepaskan diri dari orangtua dan memilih teman-temannya. Ada suatu teori yang mengatakan bahwa remaja itu punya originalitas. Suatu kecenderungan untuk menonjolkan apa yang membuatnya berbeda dengan orang dewasa. 

Mereka punya ciri khas itu untuk membentuk suatu kelompok. Uniknya setiap kelompok punya keterikatan seiring dengan bertambahnya frekuensi interaksi. Keterikatan ini 'kadang' bisa disalahartikan oleh orang tua. Alih-alih ingin mengimbau anaknya untuk berhati-hati dalam memilih kawan sepermainan, malah membuat jarak antara mereka makin lebar.

Nah, pada bahasan selanjutnya Saya mau menceritakan kembali kisah Pak Suami yang masa mudanya penuh dengan 'kesombongan'. Saya pakai diksi ini karena ini menjelaskan definisi dari lirik lagu perilaku sosial remaja yang pada usianya merasa butuh diakui. Dan ini memerlukan 'perhatian lebih' dari orangtua untuk mendampingi mereka dalam pencarian jati dirinya.

masa muda

Story 1 - Kesombongan Ketika MOS SMA

Masuk ke salah satu sekolah favorit di kota tempat tinggalnya merupakan sebuah impian besar bagi Pak Suami. Bisa dikatakan, hanya segelintir siswa-siswi yang beruntung masuk ke SMA itu.

Jadi, Pak Suami berasal dari salah satu kecamatan di kabupaten di Cirebon yang jaraknya ke sekolah itu sekitar 10 kilometer. Untuk sampai ke sana butuh 18 menit naik kendaraan beroda empat.

Karena Pak Suami nggak punya kendaraan bermotor dan nggak mungkin dianter orangtuanya, ia berangkat dan pulang sekolah dengan naik kendaraan umum (red:angkot). Butuh waktu 4 kali lipat lebih lama dari estimasi yang sesungguhnya untuk sampai sekolah. Sebab ia harus menunggu angkotnya ngetem.

Nah, Pak Suami adalah tipikal anak yang pemberani pada masanya. Ia akan mempertahankan pendapatnya jika merasa ia benar dan akan melawan jika ada yang mengganggunya.

Sobi tahu kan kalau tiap ajaran baru selalu ada MOS (Masa Orientasi Siswa) untuk peserta didik baru? Nah latar cerita kali ini adalah ketika Pak Suami sedang ditatar menjadi siswa baru di SMA favoritnya.

Di hari kedua MOS, doi datang terlambat dari jadwal. Ia disetrap oleh seniornya karena terlambat dan bolos di hari pertama MOS.

Kalau inget jaman MOS dulu, senior seringkali berlagak sok berkuasa dan punya otoritas di atas junior. Mereka nggak akan segan untuk marah-marah, bentak-bentak, dan teriak di depan muka junior. Entah apa motivasinya, yang pasti itu cuma settingan.

Dari kejauhan Pak Suami diberi tepuk tangan yang meriah oleh para senior. Pak Suami pun dengan santainya menghampiri para senior yang sedang menunggunya di depan halaman sekolah. Ia diminta untuk masuk barisan siswa yang datang terlambat. Sudah bisa ditebak, kalau doi habis diteriaki senior. 

Semua senior memujinya 'pahlawan'. Memang pada saat itu hanya doi yang datang paling ngaret. Sebetulnya doi nggak ngerti kenapa ditepuk-tangani, terus dikomentarin macem-macem. Tapi doi sadar kalau datang telat. Doi juga nggak pakai atribut lengkap dan nggak bawa perlengkapan MOS.

Dinilai nggak patuh aturan, akhirnya para senior itu murka. Ada senior perempuan yang mendekatinya dan menatap matanya tajam. Jarak mereka berhadapan hanya 5cm. Sampai-sampai Pak Suami grogi karena jarang ditatap sedekat itu. Haha

Pada hari ketiga, tepatnya penutupan MOS. Pak Suami dan teman seangkatannya mengikuti apel siang. Mereka dijemur di bawah terik matahari.

Seperti MOS pada umumnya, selalu ada kejutan di akhir. Apalagi kalau bukan drama soal "korsa". Yup, ada satu orang yang akan menjadi sandera di tengah lapangan. Ia dihukum akibat kesalahannya. Kemudian teman-temannya diminta untuk menolong si sandera tersebut.

"Mana korsanya dek? Kalian tega liat teman kalian dihukum kaya gitu?"

Pak Suami dan satu temannya berdiri paling belakang dan cekikikan melihat adegan para senior. Sementara teman seangkatannya serius dan menghayati 'drama' tersebut.

Melihat hal itu, salah satu senior (bisa dibilang komandan lapangannya) menyuruh Pak Suami dan temannya untuk maju ke depan.

"Kalian ngapain cekikikan di belakang? Emang ada yang lucu? Sini maju!"

Pak Suami mengelak dan tidak mau maju. Akhirnya doi diseret menuju tengah lapangan. Tidak lama berselang, satu diantara mereka ada yang menarik kerah Pak Suami dengan kedua lengannya sampai-sampai kancing baju seragamnya copot. Nggak tinggal diam, Doi langsung membalasnya.

Ia merasa harga dirinya diinjak dan nggak segan untuk melawan. Akhirnya doi dikeluarkan dari barisan dan diminta untuk menunggu di ruangan. Di sana ia ditenangkan oleh seorang senior dan akhirnya mengalah. Baju seragamnya juga diganti oleh guru pembina kegiatan MOS tersebut.

Setelah kejadian itu, Pak Suami ditandai sebagai siswa baru yang songong dan ngeyelan.

lirik lagu sahabat

Story 2 - Kesombongan Ketika Diajak Ribut Senior

Cerita kedua berlatar waktu saat doi sedang menuju lab komputer untuk mulai pelajaran TIK. Doi bersama satu temannya melewati ruang OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Sebut saja namanya Jo. 

Entah karena iseng atau nggak ada kerjaan, Si Jo mengambil kayu dan memainkannya dengan mengetuk-ngetukan kayu pada pintu ruang OSIS.

Secara kebetulan ada segerombolan senior (Kelas 12) yang nongkrong di situ. Kayaknya mereka mau madol. Mereka yang sedari tadi ada di situ kaget dan mengira kalau ada yang mau 'mengganggu' mereka.

Kemudian salah satu diantara mereka mengintip dari jendela dan mendapati Pak Suami dan Si Jo yang baru saja lewat dari situ. Mereka memanggil Pak Suami dan Si Jo untuk masuk ruang OSIS. Pak Suami sama sekali nggak keberatan dan mengiyakan perintah seniornya itu. Sementara Si Jo ngacir masuk lab komputer lebih dulu.

Karena merasa biasa aja dan nggak berpikir macam-macam, Pak Suami bertanya ada apa gerangan manggil-manggil. Nah, mulai deh dramanya. Mereka kayak nggak senang gitu karena merasa ada yang menantang. Udah gitu juniornya pula.

Pak Suami nggak ngerti apa masalahnya. Nggak make sense dong kalau gara-gara perbuatan iseng Si Jo itu, doi jadi di-bully? Para senior yang berjumlah 5 orang itu bertanya apa maksud dari ketokan pintu tadi. Pak Suami merasa di atas angin dong, doi jawab dengan enteng kalau doi nggak ngetok dan nggak merasa ganggu mereka.

Belum selesai doi membela diri karena merasa nggak berbuat kesalahan, dari arah belakang ada seorang senior yang menjatuhkan pukulan tepat di wajahnya. Amarahnya pun membuncah.

Sebetulnya kalau dilihat dari jumlahnya, doi bakalan kalah kalau mau tubir (ribut). Tapi mau gimana lagi, udah kadung emosi. Sebelum sempat membalas pukulan dari senior tersebut, mereka melerai Pak Suami dan si pemukul.

Pak Suami nggak terima dan mengancam dengan nada sinis. "Gue tunggu lo pulang sekolah. Minta maaf sama Gue. Kalau enggak...". Doi menuju lab komputer dengan perasaan kesal dan membanting daun pintu ruang OSIS sambil berlalu.

Udah mirip serial FTV remaja belum? Hahaha. Intinya Pak Suami memberikan ultimatum agar si pemukul minta maaf. Kalau dia nggak melakukan itu, maka ini bakalan jadi urusan panjang. Nggak cuma dia aja yang kena imbas. Tapi semua teman seangkatannya (Kelas 12) bakalan kena juga.

Kalau dipikir-pikir berani juga ya doi. Menantang senior seorang diri dan nggak pake mikir gimana konsekuensi selanjutnya. Bermodal nekad dan ego yang tinggi, doi berhasil membuat mereka ciut. Hah kok bisa?

kita lirik

Story 3 - Kesombongan Saat Sidak di Ruang Kelas Senior

Di kelas, Doi menceritakan kisah pem-bully-an yang dilakukan senior tadi terhadapnya. Si Jo penyebab pertikaian antara dirinya dan senior, mengaku nggak bermaksud apa-apa. Dia cuma iseng aja dan nggak tau kalau akibat yang ditimbulkannya menjadi sebuah masalah untuk Pak Suami.

Karena kesal, Pak Suami hanya sambat dalam hati. Doi nggak mau urusannya jadi tambah melebar kalau harus bermusuhan dengan sahabatnya karena masalah sekecil itu.

Setelah pelajaran usai, Doi bergegas menghampiri ruang kelas senior yang tadi mem-bullynya. Tanpa ancang-ancang atau salam, doi nyelonong masuk dan mendobrak meja di depan ruang kelas. Persis seperti sidak tanpa adab. 

Suasana kelas yang tadinya riuh jadi hening. Doi mencari dan memanggil nama si pemukul dengan nada yang keras. Matanya menelisik seantero ruangan.

"Woi! Mana Si Sent?", Teriak Pak Suami. 

Ternyata yang diincar tidak menunjukkan batang hidungnya. Menurut saksi mata, Si Sent alias si pemukul itu sudah pulang lebih awal. Mungkin doi takut dilabrak Pak Suami.

Dengan terpaksa, Pak Suami mengumumkan opsi kedua di hadapan seniornya. Seorang diantara mereka (sebut saja Asep) menghampiri Pak Suami. Ia adalah kakak kelasnya ketika SMP yang kebetulan sekelas dengan Si Sent dan gerombolannya.

Asep mencoba menenangkan Pak Suami, meminta maaf atas perbuatan Si Sent dan menyarankan untuk mengikhlaskan perbuatan Si Sent. Pak Suami nggak terima dan tetap kekeuh dengan pendiriannya. Pokoknya Si Sent harus meminta maaf kepadanya secara langsung, nggak boleh diwakilkan.

Karena jiwa mudanya yang masih berapi-api, doi nggak mudah menyerah dan tetap mempertahankan egonya. Doi nggak mau berpikir panjang. Gimana konsekuensi logis yang akan terjadi jika doi nekad untuk memilih opsi kedua.

Jadi, doi bakalan memanggil teman alumni SMP yang terkenal jiwa ke-premanan-nya untuk menyerang kelas 12 jika Si Sent nggak mau meminta maaf langsung kepadanya.

Gimana Sobi udah ketauan kan sekarang gimana kesombongan Pak Suami di masa mudanya? Hmm. Ceritanya masih berlanjut.

Buat gambaran sekilas, SMP-nya Pak Suami itu ada di pinggiran kota dan kebanyakan siswanya itu anak kampung. Mereka sering bikin kehebohan dengan aksi tawuran. Dan uniknya, mereka terkenal karena ke-premanan-nya itu. Banyak siswa SMA yang takut kalau mendengar kata "alumni SMP X". Wah benar-benar dihindari deh berurusan dengan siswa di situ.

Pak Suami duduk di mushola sekolah menunggu tanda-tanda kedatangan Si Sent. Tak butuh waktu lama, kabar Doi dirundung anak kelas 12 tersebar. Doi lantas dikerubungi oleh teman-temannya dari kelas 11. Mereka bertanya-tanya tentang kejadian yang tengah dialaminya.

"Lu ditabok sama anak kelas 12? Wah kurang ajar. Belom tau aja kalau kita bawa pasukan." ujar salah satu dari mereka.

Dua orang utusan dari kelas 12 datang. Mereka adalah  Asep dan Brian. Mereka mencoba untuk menjernihkan keadaan dan bernegosiasi dengan Pak Suami agar masalah ini tidak berlanjut kepada pekara yang lebih serius.

Setelah negosisasi panjang antara Pak Suami dan 2 orang utusan tersebut, akhirnya Pak Suami mengurungkan niatnya untuk memanggil sohib gelutnya di SMP. Dengan syarat Si Sent mendatanginya langsung dan minta maaf di hadapannya.

Voilaa..gayung bersambut. Keesokan harinya Si Sent meminta maaf dan berjanji nggak akan ngajak tubir lagi. Prok..prok..prok. Cerita ini jadi buah bibir satu sekolah. Termasuk siswa kelas 11 dan 12.

Kejadian bersejarah itu juga menjadi awal karier Pak Suami jadi tukang jagal  jagoan yang sering dapet  panggilan kalo ada senior yang semena-mena dan ngajak ribut junior. Semua orang di sekolah mengenalnya dan segan kalau mau ngajak tubir.

Nggak nyangka lho Saya dapet suami yang dulunya macem gini. 😨

Setelah dapet 3 story ini, apa yang ada dalam benak Sobi? Ngerasa ada yang bergejolak? Atau nyengir melihat kelakuan Pak Suami di masa itu? Wkwk. Kalau Saya pribadi ketawa nggak ada habisnya karena bentukan Pak Suami sekarang beda jauh dari 3 story yang ada dalam bayangan Saya.

Parenting Tips

Berbekal pengalaman Pak Suami dan Saya pribadi, sebetulnya inti dalam membersamai anak ketika mereka tumbuh menjadi remaja adalah komunikasi.

Sebagai orangtua, kita perlu memahami bagaimana pola sikap dan perilaku anak di tahap perkembangan ini. Jangan sampai kita gagap karena gagal memahami 'bahasa' mereka.

Berdasar 3 story di atas, Saya merasa related dengan sikap dan perilaku Pak Suami di kala itu. Susah untuk dikasih tau AKA nggak mau diajarin, dinasihatin, di-judge, dan diperlakukan seperti anak kecil.

Masa remaja Saya dominan dengan rasa ingin diakui, penghargaan terhadap diri yang tinggi, ego yang tinggi, dan belum genap memahami konsekuensi logis yang akan terjadi. Itu semua normal dijalani dan nggak perlu dicap 'anak nakal'.

Kesombongan di masa itu bukan hal yang perlu ditakuti, dijadikan alasan untuk mengontrol seluruh kemauannya. Tapi harusnya difasilitasi dengan komunikasi dari hati ke hati. 

Kebanyakan remaja ingin menjalin persahabatan. Dengan lebih banyak didengarkan, ditemani saat terjadi pergolakan emosi, dan dimotivasi saat sedang down

Penting untuk orangtua merespon segala sikap dan perilaku remaja dengan iman dan ilmu. Kita boleh berikhtiar setinggi langit untuk menjadi teman bagi anak kita yang beralih remaja, tapi jangan jumawa. Allah adalah sebaik-baik pertolongan. Minta pertolongan padaNya karena Dia-lah yang menyempurnakan penciptaan manusia.

Saya belum mafhum sepenuhnya karena belum merasakan fase mendampingi anak remaja. Tapi setidaknya pengalaman yang Saya dapatkan bisa menjadi bekal yang berharga. 

Jadi..itulah kesombongan di masa muda yang pernah dialami Pak Suami. Dan nggak indah-indah amat juga sih haha. Beda kalau kisah cintanya, mungkin nggak bakalan Saya tulis juga sih.😆😊


Related Posts

5 comments

  1. Masya Allah, masa remaja yang penuh dengan gejolak membara anak muda ya Kak?

    Jadi ingat lagunya Rhoma Irama, "Masa Muda, masa yang berapi-api" hehe. Senior itu salah juga sih main pukul aja.

    Terima Kasih ceritanya Kak.

    ReplyDelete
  2. Wah, kalau saya yang related waktu jaman ng-MOS, diliatin dik-adik manis sambil ngasi arahan, tambah makin dibuat berwibawa lah bawaannya, wkwk

    ReplyDelete
  3. Pemberani sekali pak Suaminya, Kak Oktavia.
    Kalau saya kebetulan waktu MOS dulu nggak mendapati senior yang terlalu ngebos, pernah kesiangan juga, ga parah-parah amat dihukumnya, cuma push up 10 kali doang

    ReplyDelete
  4. Saya termasuk yang suka sama lagu Sheila on 7 yang ini. Lagu yang menemani saya waktu muda juga ini, hehehe. Lagu-lagu Sheila on 7 memang tenar pada masanya

    ReplyDelete
  5. Sombong itu ada akibat kurangnya cara berkomunikasi yang baik, baik itu untuk mengungkapkan apa yang tidak bisa dilakukan oleh diri sendiri, dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain.

    ReplyDelete

Post a Comment