oktaviawinarti.com

Buku Favorit yang Bikin Hati Happy

Konten [Tampil]
buku favorit



Cerita tentang Buku Favorit


Setiap orang tentu punya buku favorit yang selalu jadi kenangan dan menggunggah hasrat untuk membacanya lagi. Ada sebuah buku yang bikin Saya flashback ke masa-masa SMA. Buku itu yang membuat Saya menangis dan berfikir, "Ngapain aja Saya selama ini di dunia?". Itu pikiran Saya yang kala itu masih berseragam putih abu-abu.

Jujurly, dari sekian banyak buku yang Saya baca sampai hari ini. Satu buku ini yang paling Saya notice karena pesannya sangat mendalam. Kalau ada yang tanya apa buku favorit kamu? Saya pastikan akan menjawab buku ini. Karena buku inilah yang membuat Saya selalu trenyuh dan kembali semangat lagi.

Dulu waktu jaman Facebook baru hype, dengan jiwa muda yang menggebu-gebu, Saya mencari URL Facebook penulisnya. Terniat memang. Karena apa ya? Mungkin saat itu hidup Saya masih jauh dari kata islami. Shalat pun masih bolong-bolong kecuali menjelang UN. Hehe

Jadi Saya ingin tahu bagaimana kehidupan si penulis. Apa karya yang sudah dia ciptakan? Apakah hidupnya saat ini bahagia? Kenapa doi bisa nulis sampai bikin Saya menangis? Doi harus bertanggung jawab! wkwk. Maklum ya masih SMA, kepo banget orangnya kalau mau tahu sesuatu hal yang bikin makdeg.

Itulah yang menjadi titik balik Saya dalam memaknai hidup. Kalau jaman sekarang 'hijrah' itu jadi trend. Boleh Saya katakan di usia tanggung tersebut Saya sudah berkeinginan untuk berhijrah. Karena membaca satu buku berjudul Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati.

Saya baru kali ini membaca buku motivasi islam. Memang dari judul agak menggelitik karena ada kata HIDUP dan MATI pada covernya. Kemudian yang menjadi bagian menariknya adalah visual yang tergambar dalam covernya, yaitu pohon apel.

Tapi kenapa pada satu pohon itu ada yang daunnya hijau, lalu ada sisi yang buah apel yang lebat, dan pada sisi yang lain daunnya gugur? Pertanyaan ini yang menjadi pertimbangan awal Saya ketika hendak meminjam buku tersebut di perpustakaan sekolah.

Kenapa Buku Ini Special?

Latar peminjaman buku ini ada pada tahun 2012, berarti sudah 10 sejak hari ini. Masyaa Allah. Nggak nyangka udah selama itu.

Karena buku ini, untuk pertama kalinya dalam hidup, Saya berpikir banyak hal. Dulu, Saya sangat takut dengan kematian. Saya selalu membayangkan bagaimana akhir hidup Saya. Apakah akan meninggal saat berpergian, saat tidur, saat menuntut ilmu?

Beribu macam pikiran itu menggelayut dalam pikiran. Justru itu malah bikin nggak fokus mengerjakan aktivitas. Buku ini menyadarkan Saya untuk mengubah mindset. Lakukan sesuatu untuk hidup yang hanya sekali seumur hidup dan itu bisa menjadi sebab kita neninggal dengan predikat khusnul khatimah.

Latar belakang kenapa Saya menganggap buku ini merupakan salah satu yang spesial adalah saat itu Saya belum kenal dengan makna 'tauhid'. Saya nggak ngerti esensinya. Dan buku inilah yang menjadi jawabannya. 

Secara gamblang memang tidak disebutkan apapun tentang tauhid. Tapi isinya benar-benar practical life daripada tauhid. Gimana cara kita menggunakan waktu yang ada untuk beribadah secara maksimal dan tujuan dunia-akhirat kita tercapai. Karena goalnya adalah pertemuan kita dengan Allah di akhirat nanti.

Saya sadar saat itu masih sangat kurang ilmu agama. Sangat sangat kurang. Saya belum pernah ikut pengajian tiap pekan. Baru ketika Saya masuk OSIS dan menjadi pengawas untuk ekskul Ikatan Remaja Masjid (IRMAS), Saya kecemplung dalam 'dunia islami'. Itu belum pernah ada dalam bayangan Saya sama sekali.

Saya tersentuh karena ada banyak hal yang ternyata belum sempat terpikir oleh remaja tanggung seperti Saya. Seharusnya Saya sudah aqil di usia 17 tahun. Matang secara akal. Mengerti konsekuensi dari setiap keputusan. Serta berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah sebagai bekal hidup.

Saya merasa belum memenuhi standar minimal untuk dikatakan sebagai pemuda yang aqil. Kalau balighnya sudah lebih awal. Huhu. Bener-bener mulai dari nol.

Mungkin saat itu Saya sedang mengalami krisis identitas diri. Masih nggak ngerti hidup ini mau dibawa kemana. Beruntungnya Saya bertemu dengan support system yang baik dan menjadi pijakan Saya untuk hijrah. Dan itulah pertama kali Saya mulai ikut ta'lim dan mengajar anak-anak yang tinggal di area rel KA Serpong. 

Di tahun itu Saya mulai kenal dunia volunteer. Ada sebuncah perasaan yang membuat hati Saya 'full of joy' ketika bisa ikut berkontribusi untuk mengurus anak-anak dhuafa. Hal itu yang membuat hidup Saya lebih berarti. Masyaa Allah.

Berada diantara sahabat yang selalu mengingatkan pada jalan kebaikan adalah sebuah kenikmatan yang sangat Saya syukuri dan menambah world view tentang Islam. Saya sangat bersyukur mendapat pencerahan tentang hal ini dalam buku Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati. 

Pada Sub Judul berikutnya, Saya akan mengulas beberapa part dalam buku ini.

Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati

buku favorit sepanjang masa
Sumber Foto: Good Reads


Judul buku: Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati
Penulis buku: Ahmad Rifa’i Rif’an
Penerbit: PT.Elex Media Komputindo
Jumlah halaman: 224

Melalui buku ini, ada beberapa pesan yang ingin disampaikan penulis lewat 3 bagian dari bukunya.

Hidup Sekali

Kita hanya hidup sementara di dunia ini dan jatah usia kita ditetapkan berbeda sesuai dengan ketentuanNya. Oleh karena itu, kita perlu memiliki goal hidup yang jelas dan terarah. Dengan begitu, hari-hari kita jelas mau diisi dengan apa.

Kita tidak boleh menjadi orang yang lalai dan merugi. Kita perlu memanfaatkan waktu yang ada untuk mengerjakan hal-hal kebaikan. Kita perlu bertanggung jawab terhadap hidup yang sudah diberikan oleh Allah. Hidup yang sekali dalam hidup bisa kita gunakan dengan maksimal sehingga tidak ada penyesalan di akhir.

Berarti

Kehadiran kita di dunia ini diibaratkan dengan pohon yang berbuah. Pohon yang memiliki buah tentu sangat bermanfaat untuk orang yang memakannya. Pun dengan kehadiran kita di dunia, kita perlu memberikan sebanyak-banyaknya manfaat untuk orang lain.

Pilih ladang kontribusi yang sesuai dengan kemampuan dan minat kita. Jadikan itu sebagai sarana untuk menghasilkan karya yang bermanfaat. Karya tidak melulu berupa barang atau suatu hal yang sulit kita raih, tetapi kesungguhan kita dalam melakukan sesuatu hal dengan niat untuk bermanfaat bagi orang lain. 

Saya sangat suka bagian ini karena ada banyak kisah orang yang menginspirasi. Salah satu contohnya adalah seorang mahasiswa yang ketika wisudanya didatangi oleh orang-orang yang pernah ia bantu permasalahannya. Ia menjalankan perannya sebagai agent of change, iron stock, dan social control.

Banyak masyarakat lemah yang ia bela dengan jubah mahasiswanya. Ia menjadi mahasiswa yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri tapi juga bermanfaat untuk masyarakat.

Lalu Mati

Pada bagian ini kita sebagai pembaca diajak merenung kembali. Bagaimana cara kita agar mati dalam keadaan sebaik-baiknya. Apakah kita ingin mati dengan cara khusnul khatimah atau su’ul khatimah?

Mati adalah suratan takdir. Kita tidak tahu kapan kita akan mati. Bisa jadi 15 menit lagi, 12 jam lagi, atau 2 bulan, atau 1 tahun lagi. Mati adalah rahasia ilahi. Kita perlu mempersiapkannya dengan bekal terbaik.

Cara terbaik adalah dengan memperbanyak amal-amal kebaikan, berteman dengan teman-teman yang shalih, meninggalkan karya terbaik yang bisa dikenang dan mengalirkan banyak pahala.

Masyaa Allah kalau harus merangkum dalam satu artikel kayaknya kurang. Karena hikmah yang ada pada buku ini luar biasa membuat hati jadi tenang, seperti obat yang menenangkan.

Sebenarnya Saya memiliki koleksi buku lain yang ditulis oleh Mas Rifai Rif'an. Semuanya sangat memotivasi. Sehingga untuk Sobi yang sedang dalam keadaan galau, nggak tahu arah, sedih, bisa baca salah satunya. Buku ini yang paling Saya rekomendasikan.

Semoga bermanfaat yaaa.

“Hidup hanya sekali. Jangan sampai bermunafik terhadap diri sendiri. Munafik, hatinya meyakini tapi raganya tak mau mengikuti. Nuraninya mengimani tapi jasadnya mengingkari.” – Ahmad Rifa’i Rifan

Related Posts

Post a Comment